TUGAS PERILAKU ORGANISASI
TEORI
KEPEMIMPINAN
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kepemimpinan adalah
proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepadapengikutnya dalam
upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah “melakukanya
dalam kerja” dengan praktik seperti pemagangan pada seorang senima ahli,
pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai
bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi.
Kepemimpinan adalah
kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan
sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam
menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai
tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan
kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan
pap yang diinginkan pihak lainnya.”The art of influencing and directing
meaninsuch away to abatain their willing obedience, confidence, respect, and
loyal cooperation in order to accomplish the mission”. Kepemimpinan adalah seni
untuk mempengaruhidan menggerakkan orang – orang sedemikian rupa untuk
memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama secara royal untuk
menyelesaikan tugas – Field Manual 22-100.
Menurut Sarros dan
Butchatsky (1996), istilah ini dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku
dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk
mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan
organisasi. Sedangkan menurut Anderson (1988), “leadership means using power to
influence the thoughts and actions of others in such a way that achieve high
performance”.
Berdasarkan definisi-definisi di
atas, kepemimpinan memiliki beberapa implikasi, antara lain:
Kepemimpinan berarti
melibatkan orang atau pihak lain, yaitu para karyawan atau bawahan (followers).
Para karyawan atau bawahan harus memiliki kemauan untuk menerima arahan dari
pemimpin. Walaupun demikian, tanpa adanya karyawan atau bawahan, tidak akan ada
pimpinan.
Seorang pemimpin yang efektif
adalah seseorang yang dengan kekuasaannya (his or herpower) mampu menggugah
pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan. Para pemimpin dapat
menggunakan bentuk-bentuk kekuasaan atau kekuatan yang berbeda untuk
mempengaruhi perilaku bawahan dalam berbagai situasi.
Kepemimpinan harus memiliki
kejujuran terhadap diri sendiri (integrity), sikap bertanggungjawab yang tulus
(compassion), pengetahuan (cognizance), keberanian bertindak sesuai dengan keyakinan
(commitment), kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain (confidence) dan
kemampuan untuk meyakinkan orang lain (communication) dalam membangun
organisasi.
I.2 Perumusan Masalah
1.
Bagaimana
perkembangan teori Kepemimpinan?
2.
Apakah perbedaan pemimpin
formal dan non formal
3.
Bagaimana
perkembangan teori gaya kepemimpinan?
4.
Apakah perbedaan pemimpin
transational dan transformasional?
I.3 Tujuan Pembahasan
1. Bagaimana perkembangan teori
Kepemimpinan?
2.
Apakah perbedaan
pemimpin formal dan non formal
3.
Bagaimana
perkembangan teori gaya kepemimpinan?
4.
Apakah perbedaan
pemimpin transational dan transformasional?
BAB II
2.1 Perkembangan Teori
Kepemimpinan
1. Teori Kepemimpinan Sifat (
Trait Theory )
Analisis ilmiah
tentang kepemimpinan beerangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri.
Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan
Romawi yang beranggapan bahwa
pemimpin itu dilahirkan , bukannya diciptakan yang kemudian teori ini dikenal
dengan “the greatma theory”. Dalam perkemabangannya, teori ini mendapat
pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwa sifat –
sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan, akan tetapi juga dapat dicapai
melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat – sifat itu antara lain ; sifat fisik,
mental dan kepribadian
2. Teori Kepemimpinan Perilaku
dan Situasi
Berdasarkan
penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki
kecenderungan kea rah dua hal :
Pertama yang disebut
Konsiderasi yaitu kecenderungan pemimpin yangØ menggambarkan hubungan akrab
dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti: membela bawahan,
memberi masukan kepada bawahan dan bersedia bekonsultasi dengan bawahan.
Kedua disebut
struksur inisiasi yaitu kecenderungan seorang pemimpinØ yang memberikan batasan
kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat, bawahan mendapat instruksi dalam
pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil apa yang
akan dicapai.
Jadi berdasarkan
teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang pemimpin yang
memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil yang tinggi
juga. Kemudian juga timbul teori kepemimpinan situasi dimana seorang pemimpin
harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat fleksibel,
sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
3. Teori kontingensi
Mulai berkembang th
1962, teori ini menyatakan bahwa tidak ada satu sistem manajemen yang optimum,
sistem tergantung pada tingkat perubahan lingkungannya. Sistem ini disebut
sistem organik (sebagai lawan sistem mekanistik), pada sistem ini mempunyai
beberapa ciri:
¯ Substansinya adalah manusia
bukan tugas.
¯ Kurang menekankan hirarki
¯ Struktur saling berhubungan,
fleksibel, dalam bentuk kelompok
¯ Kebersamaan dalam nilai,
kepercayaan dan norma
¯ Pengendalian diri sendiri,
penyesuaian bersama
4. Teori Behavioristik
Behaviorisme
merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi
fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain,
behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu
dalam suatu belajar. Pendekatan ini menekankan bahwa manajemen yang efektif
bila ada pemahaman tentang pekerja – lebih berorientasi pada manusia sebagai
pelaku.
Beberapa tokohnya, antara lain:
a. Maslow
Individu mempunyai 5
kebutuhan dasar yaitu physical needs, security needs, social needs, esteem
needs, self actualization needs. Kebutuhan tersebut akan menimbulkan suatu
keinginan untuk memenuhinya. Organisasi perlu mengenali kebutuhan tersebut dan
berusaha memenuhinya agar timbul kepuasan.
b. Douglas Mc Gregor (1906-1964)
Teori X dan teori Y
Teori X melihat karyawan dari
segi pessimistik, manajer hanya mengubah kondisi kerja dan mengektifkan
penggunaan rewards & punishment untuk meningkatkan produktivitas karyawan.
Teori Y melihat karyawan dari segi optimistik, manajer perlu melakukan
pendekatan humanistik kepada karyawan, menantang karyawan untuk berprestasi,
mendorong pertumbuhan pribadi, mendorong kinerja.
5. Teori Humanistik
Teori ini lebih
menekankan pada prinsip kemanusiaan. Teori humanistic biasanya dicirikan dengan
adanya suasana saling menghargai dan adanya kebebasan. Teori Humanistik dengan
para pelopor Argryris, Blake dan Mouton, Rensis Likert, dan Douglas McGregor.
Teori ini secara umum berpendapat, secara alamiah manusia merupakan “motivated
organism”. Organisasi memiliki struktur dan sistem kontrol tertentu. Fungsi
dari kepemimpinan adalah memodifikasi organisasi agar individu bebas untuk
merealisasikan potensi motivasinya didalam memenuhi kebutuhannya dan pada waktu
yang sama sejalan dengan arah tujuan kelompok. Apabila dicermati, didalam Teori
Humanistik, terdapat tiga variabel pokok, yaitu; (1), kepemimpinan yang sesuai
dan memperhatikan hati nurani anggota dengan segenap harapan, kebutuhan, dan
kemampuan-nya, (2), organisasi yang disusun dengan baik agar tetap relevan
dengan kepentingan anggota disamping kepentingan organisasi secara keseluruhan,
dan (3), interaksi yang akrab dan harmonis antara pimpinan dengan anggota untuk
menggalang persatuan dan kesatuan serta hidup damai bersama-sama. Blanchard,
Zigarmi, dan Drea bahkan menyatakan, kepemimpinan bukanlah sesuatu yang Anda
lakukan terhadap orang lain, melainkan sesuatu yang Anda lakukan bersama dengan
orang lain (Blanchard & Zigarmi, 2001).
2.2 Perbedaan
Pemimpin Formal dan Pemimpin Informal
Kepemimpinan
meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi
perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki
kelompok dan budayanya. Leadership is the activity of influencing exercised to
strives willingly for group objective (George R. Terry;1977). Jadi dengan kata
lain Kepemimpinan merupakan sebuah kemampuan yang dimiliki seseorang. Dapat
dijabarkan bahwasannya perbedaan antara Kepemimpinan Formal dan Kepemimpinan
Non Formal :
A. Kepemimpinan
Formal
Kepemimpinan
Formal adalah
Jabatan yang dimiliki seseorang dalam kemampuannya meliputi proses mempengauhi
orang lain dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut
untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Dimana Kepemimpinan Formal dalam jabatannya diperoleh dari suatu usaha tertentu
dalam pencapaiannya.
Anonim
(2006), pemimpin formal adalah pemimpin yang secara resmi diberi wewenang/
kekuasaan untuk mengambil keputusan-keputusan tertentu, dan dia
mempertanggungjawabkan kekuasaan/wewenangnya tersebut pada atasannya. Pemimpin
formal pada umumnya berada pada lembaga formal juga, dan keputusan
pengangkatannya sebagai pemimpin berdasarkan surat keputusan yang formal.
Seorang pemimpin formal bisa saja hanyalah seorang kepala yang memiliki
wewenang sah berdasarkan ketentuan formal untuk mengelola anggotanya, atau jika
dalam organisasi memiliki wewenang untuk membawahi dan memberi perintah pada
bawahan-bawahannya.
Pemimpin
formal pada umumnya berstatus resmi dan didukung oleh peraturan-peraturan yang
tertulis serta keberadaannya melalui proses pemilihan dan pengangkatan secara
resmi. Pemimpin formal” adalah orang yang menjadi pemimpin karena
”legalitas”-nya. Misalnya, karena ia terpilih
secara sah melalui pemilu, atau kongres, atau muktamar, atau apa pun namanya.
Yang bersangkutan telah memenuhi semua peraturan yang ada (Darmaputera,2004).
Seorang
kepala adalah juga seorang pemimpin apabila dia diterima secara ikhlas oleh
para anggotanya dan dia mampu mempengaruhi para anggota sehingga mereka dengan
pengertian, kesadaran dan senang hati bersedia mengikuti dan mentaati pemimpin
tersebut. Seorang pemimpin formal biasanya dinilai oleh
bawahannya/masyarakatnya berdasarkan hasil-hasil yang dicapainya (prestasi).
Dengan demikian pengakuan bagi seorang pemimpin formal oleh bawahannya/
masyarakatnya disamping ditentukan oleh jiwa kepemimpinan (leadership) juga
oleh prestasi yang mana hal ini berkaitan dengan pengetahuannya tentang
kebutuhan masyarakat dimana-dia-ditempatkan.
B. Pemimpin Informal
B. Pemimpin Informal
Darmaputera
(2004), pemimpin informal tidak menjadi pemimpin karena faktor legalitas, tapi
terutama karena faktor ”legitimitas”. Artinya, walaupun tak ada kongres atau
muktamar yang menetapkan demikian, tapi rakyat dan umat dengan spontan menerima
dan memperlakukan yang bersangkutan sebagai pemimpin mereka. pemimpin informal
itu ditetapkan oleh umat bukan dengan surat suara, tapi dengan kata hati.
(suara batin). Ikatan antar mereka tidak diatur secara resmi, tapi lahir secara
spontan karena ada rasa hormat dan cinta yang tidak dipaksa-paksa.
Anonim
(2006), pemimpin informal adalah pemimpin yang tidak diangkat secara resmi
berdasarkan surat keputusan tertentu. Dia memperoleh kekuasaan / wewenang
karena pengaruhnya terhadap kelompok. Apabila pemimpin formal dapat memperoleh
pengaruhnya melalui prestasi, maka pemimpin informal memperoleh pengaruh
berdasarkan ikatan-ikatan psikologis. Tidak ada ukuran obyektif tentang
bagaimana seorang pemimpin informal dijadikan pemimpin. Dasarnya hanyalah oleh karena dia pernah benar dalam hal tertentu,
maka besar kemungkinan dia akan benar pula dalam hal tersebut pada kesempatan
lain. Di samping penentuan keberhasilan pada masa lalu, pemilihan pemimpin
informal juga ditentukan oleh perasaan simpati dan antipati seseorang atau
kelompok terhadapnya.
Berdasarkan
berbagai pengertian di atas, maka yang termasuk dalam pemimpin informal adalah
pemimpin/ketua kelompok tani, karena kelompok tani merupakan suatu kelompok
informal yang memiliki pembagian tugas, peran serta hirarki tertentu, serta
norma yang menjadi pedoman perilaku para anggotanya. Pedoman perilaku dan
kegiatan kelompok tani tersebut dijabarkan melalui keputusan musyawarah
kelompok tani yang mendapat bimbingan langsung dari agen pembaruan/penyuluh.
Pengertian
Kepala
Pengertian kekepalaan mempunyai konotasi adanya kedudukan dalam
hirarkhi organisasi, yang di dalamnya terkandung tugas, wewenang dan tanggung
jawab yang telah ditentukan secara formal. Kekepalaan berkaitan dengan wewenang
sah berdasarkan ketentuan formal, untuk membawahi dan memberi perintah-perintah
kepada kelompok orang-orang “bawahan” tertentu dan dalam bidang masalah
tertentu pula. Seorang kepala unit belum tentu dapat menjadi leader. Demikian
pula seorang leader belum tentu mempunyai kedudukan sebagai kepala. Seorang
yang tidak mempunyai pengaruh dapat saja menjadi seorang kepala instansi, dan
ia baru menjadi seorang leader kalau ia mampu mempengaruhi orang lain. Oleh
karena itu, pimpinan yang mengepalai suatu organisasi atau salah satu unitnya
harus menyadari bahwa kedudukan formal saja belum tentu merubah perilaku anak
buahnya sesuai dengan yang diharapkan agar memudahkan dan melancarkan
pencapaian tujuan organisasinya, atau mampu menciptakan kerjasama yang baik
antara bawahannya. Dari pengertian tentang kepemimpinan tersebut di atas, jelas
kepemimpinan itu tidak perlu terkait dengan batasan-batasan dan
ketentuan-ketentuan formal. Maka seseorang yang melaksanakan kekepalaan mungkin
belum dapat disebut sebagai orang pemimpin. la sekaligus dapat disebut sebagai
seorang pemimpin, apabila ia juga mampu mempengaruhi bawahan sehingga mereka
dengan penuh pengertian, kesadaran dan senang hati bersedia mengikuti dan
mentaati kehendak atau perintah-perintahnya.
Pengertian
Pemimpin
Kajian mengenai kepemimpinan termasuk kajian yang multi dimensi,
aneka teori telah dihasilkan dari kajian ini. Teori yang paling tua adalah The
Trait Theory atau yang biasa disebut Teori Pembawaan. Teori ini berkembang pada tahun 1940-an dengan memusatkan pada
karakteristik pribadi seorang pemimpin, meliputi bakat-bakat pembawaan,
ciri-ciri pemimpin, faktor fisik, kepribadian, kecerdasan, dan ketrampilan
berkomunikasi.
Tema kepemimpinan merupakan topik yang selalu menarik diperbincangkan dan tak akan pernah habis dibahas. Masalah kepemimpinan akan selalu hidup dan digali pada setiap zaman, dari generasi ke generasi guna mencari formulasi sistem kepemimpinan yang aktual dan tepat untuk diterapkan pada zamannya. Hal ini mengindikasikan bahwa paradigma kepemimpinan adalah sesuatu yang sangat dinamis dan memiliki kompleksitas yang tinggi
Terminologi kepemimpinan lahir sebagai suatu konsekuensi logis dari perilaku dan budaya manusia yang terlahir sebagai individu yang memiliki ketergantungan sosial (zoon politicon) yang sangat tinggi dalam memenuhi berbagaikebutuhannya ( homo sapiens ). ABRAHAM MASLOW mengidentifikasi adanya 5 tingkat kebutuhan manusia kebutuhan biologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan untuk diterima dan dihormati orang lain, kebutuhan untuk mempunyai citra yang baik, dan kebutuhan untuk menunjukkan prestasi yang baik.
Dalam upaya memenuhi kebutuhannya tersebut manusia kemudian menyusun organisasi dari yang terkecil sampai yang terbesar sebagai media pemenuhan kebutuhan serta menjaga berbagai kepentingannya.
Tema kepemimpinan merupakan topik yang selalu menarik diperbincangkan dan tak akan pernah habis dibahas. Masalah kepemimpinan akan selalu hidup dan digali pada setiap zaman, dari generasi ke generasi guna mencari formulasi sistem kepemimpinan yang aktual dan tepat untuk diterapkan pada zamannya. Hal ini mengindikasikan bahwa paradigma kepemimpinan adalah sesuatu yang sangat dinamis dan memiliki kompleksitas yang tinggi
Terminologi kepemimpinan lahir sebagai suatu konsekuensi logis dari perilaku dan budaya manusia yang terlahir sebagai individu yang memiliki ketergantungan sosial (zoon politicon) yang sangat tinggi dalam memenuhi berbagaikebutuhannya ( homo sapiens ). ABRAHAM MASLOW mengidentifikasi adanya 5 tingkat kebutuhan manusia kebutuhan biologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan untuk diterima dan dihormati orang lain, kebutuhan untuk mempunyai citra yang baik, dan kebutuhan untuk menunjukkan prestasi yang baik.
Dalam upaya memenuhi kebutuhannya tersebut manusia kemudian menyusun organisasi dari yang terkecil sampai yang terbesar sebagai media pemenuhan kebutuhan serta menjaga berbagai kepentingannya.
Dalam bahasa Indonesia “pemimpin” sering disebut penghulu, pemuka,
pelopor, pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala,
penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya. Istilah pemimpin, kepemimpinan, dan
memimpin pada mulanya berasal dari kata dasar yang sama “pimpin”. Namun
demikian ketiganya digunakan dalam konteks yang berbeda.
Istilah kepemimpinan pada dasarnya berhubungan dengan ketrampilan,kecakapan, dan tingkat pengaruh yang dimiliki seseorang; oleh sebab itu kepemimpinan bisa dimiliki oleh orang yang bukan “pemimpin”. Sedangkan istilah Memimpin digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang berkaitan dengan kemampuannya mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara. Pemimpin yang baik harus memiliki sifat cerdas, Dapat dipercaya, jujur dan mau menyampaikan kebenaran-kebenaran
Perbedaan
Kepala dan PemimpinIstilah kepemimpinan pada dasarnya berhubungan dengan ketrampilan,kecakapan, dan tingkat pengaruh yang dimiliki seseorang; oleh sebab itu kepemimpinan bisa dimiliki oleh orang yang bukan “pemimpin”. Sedangkan istilah Memimpin digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang berkaitan dengan kemampuannya mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara. Pemimpin yang baik harus memiliki sifat cerdas, Dapat dipercaya, jujur dan mau menyampaikan kebenaran-kebenaran
Banyak ahli manajemen mendefinisikan leadership dalam arti luas,
dalam arti meliputi banyak cara yang dilakukan oleh leaders dan heads serta
berbagai sumber yang digunakan untuk mengungkapkan kekuasaannya. Akan dapat
pula didefinisikan secara lebih sempit, seperti misalnya yang dilakukan oleh
C.A Gibb (1969), yang membedakan antara leadership dengan headship sebagai berikut:
a. Headship diselenggarakan melalui suatu sistem yang diorganisasikan dan tidak berdasarkan pengakuan spontan para anggotanya.
b. Tujuan kelompok dipilih oleh kepala (head person) sesuai dengan minat dan tidak ditentukan oleh kelompok itu sendiri secara internal.
c. Dalam headship/ hanya ada sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali tindakan bersama dalam mencapai tujuan.
d. Dalam headship, ada jurang sosial yang lebar antara anggota-anggota kelompok dan kepala (the head), yang mengusahakan agar ada jarak sosial ini, sebagai suatu alat bantu untuk memaksa kelompoknya.
e. Kewibawaan seorang pemimpin (leader) secara spontan diakui oleh para anggota kelompok yang bersangkutan dan terutama oleh para pengikutnya.
a. Headship diselenggarakan melalui suatu sistem yang diorganisasikan dan tidak berdasarkan pengakuan spontan para anggotanya.
b. Tujuan kelompok dipilih oleh kepala (head person) sesuai dengan minat dan tidak ditentukan oleh kelompok itu sendiri secara internal.
c. Dalam headship/ hanya ada sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali tindakan bersama dalam mencapai tujuan.
d. Dalam headship, ada jurang sosial yang lebar antara anggota-anggota kelompok dan kepala (the head), yang mengusahakan agar ada jarak sosial ini, sebagai suatu alat bantu untuk memaksa kelompoknya.
e. Kewibawaan seorang pemimpin (leader) secara spontan diakui oleh para anggota kelompok yang bersangkutan dan terutama oleh para pengikutnya.
Sedangkan kewibawaan seorang kepala (the head) timbul karena
adanya kekuasaan dari luar kelompok yang mendukung seseorang itu terhadap
kelompok yang bersangkutan, yang tidak dapat disebut sebagai para pengikut
sesungguhnya. Mereka menerima dominasi kepalanya (headship) dalam hal
penderitaan suatu hukuman (punishment) daripada upaya pengikutnya dalam arti
menginginkan hadiah .
Kochan, Schmidt dan de Cotties (1975), menurut Bass, setuju dengan
pendapat Gibb karena mereka melihat bahwa para manajer, para pemimpin
pelaksana, para pejabat dan Iain-lain dalam kenyataannya lebih banyak melakukan
berbagai hal, lebih dari sekedar hanya memimpin saja. Kita tak dapat
menafsirkan begitu saja bahwa, misalnya seseorang yang mengikuti semua tatacara
seremonial dalam anggota. Akan tetapi menurut definisi yang lebih luas, bagi
Bass (1960) pimpinan/seorang kepala (head) adalah merupakan konsekuensi dari
kedudukan (status) mereka, jadi merupakan suatu kekuasaan dari jabatan yang
dipegangnya. Tanpa kedudukan semacam itu, para pemimpin (leader) masih dapat
mencapai tujuan, apabila kekuasaannya itu betul-betul sesuai dengan nilai-nilai
yang dianut oleh kelompok yang dipimpinnya.
Baik kedudukan (status) maupun penghormatan (esteem) tak dapat ditafsirkan. secara kaku. Dalam setiap kelompok akan berbeda. Itulah sebabnya kepemimpinan (leadership) pada hakikat dapat dibagikan kepada para anggotanya dalam derajat tertentu dan dalam situasi yang sama. Istilah kepala, ketua, direktur, menteri, presiden dan lain-lainnya, pada umumnya berkaitan dengan pengertian kekepalaan (headship).
Baik kedudukan (status) maupun penghormatan (esteem) tak dapat ditafsirkan. secara kaku. Dalam setiap kelompok akan berbeda. Itulah sebabnya kepemimpinan (leadership) pada hakikat dapat dibagikan kepada para anggotanya dalam derajat tertentu dan dalam situasi yang sama. Istilah kepala, ketua, direktur, menteri, presiden dan lain-lainnya, pada umumnya berkaitan dengan pengertian kekepalaan (headship).
2.3 Definisi Gaya Kepemimpinan
Kepemimpinan
atau leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu social, sebab
prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi
kesejahteraan manusia. Ada banyak pengertian yang dikemukakan oleh para pakar
menurut sudut pandang masing-masing, definisi-definisi tersebut menunjukkan
adanya beberapa kesamaan.
Pengertian
kepemimpinan menurut para ahli, sebagai berikut:
1) Menurut David, Keith (1985), Kepemimpinan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan dengan antusias.
2) Menurut Veitzhal Rivai (2004), kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi atau memberi contoh kepada pengikut-pengikutnya lewat proses
komunikasi dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
3) Menurut Achmad Suyuti (2001) yang dimaksud dengan kepemimpinan
adalah proses mengarahkan, membimbing dan mempengaruhi pikiran, perasaan,
tindakan dan tingkah laku orang lain untuk digerakkan ke arah tujuan tertentu.
Sedangkan
gaya kepemimpinan menurut para ahli adalah:
1) Menurut Davis dan Newstrom (1995) menyatakan bahwa pola tindakan
pemimpin secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan atau diacu oleh bawahan.
2) Menurut Heidjrachman dan Husnan (2002:224), Gaya kepemimpinan
mewakili filsafat, ketrampilan, dan sikap pemimpin dalam politik. Gaya
kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan
tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai tujuan tertentu.
3) Menurut Tjiptono (2001:161), gaya kepemimpinan adalah suatu cara
yang digunakan pemimpin dalam berinteraksi dengan bawahannya.
Dari beberapa
definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpnan merupakan kemampuan
mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah
laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam
bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau
kelompok.
2.4 KEPEMIMPINAN
TRANSAKSIONAL
A.
Pengertian Kepemimpinan transaksional
Burns
mendefinisikan kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang memotivasi
bawahan atau pengikut dengan minat-minat pribadinya. Kepemimpinan transaksional
juga melibatkan nilai-nilai akan tetapi nilai-nilai itu relevan sebatas proses
pertukaran (exchange process), tidak langsung menyentuh substansi perubahan
yang dikehendaki. Kudisch, mengemukakan kepemimpinan transaksional dapat
digambarkan sebagai :
a. Mempertukarkan sesuatu yang
berharga bagi yang lain antara pemimpin dan bawahannya.
b. Intervensi yang dilakukan sebagai
proses organisasional untuk mengendalikan dan memperbaiki kesalahan.
c. Reaksi atas tidak tercapainya
standar yang telah ditentukan.
Jadi
kepemimpinan transaksional merupakan sebuah kepemimpinan dimana seorang
pemimpin mendorong bawahannya untuk bekerja dengan menyediakan sumberdaya dan
penghargaan sebagai imbalan untuk motivasi, produktivitas dan pencapaian tugas
yang efektif.
Kepemimpinan
transaksional menurut Bass memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Contingent
reward
Kontrak
pertukaran penghargaan untuk usaha, penghargaan yang dijanjikan untuk kinerja
yang baik, mengakui pencapaian.
b. Active
management by exception
Melihat dan
mencari penyimpangan dari aturan atau standar, mengambil tindakan perbaikan.
c. Pasive
management by exception
Intervensi
hanya jika standar tidak tercapai.
d. Laissez-faire
Melepaskan
tanggung jawab, menghindari pengambilan keputusan.
B. Pengertian
Kepemimpinan Transformasional
Istilah
kepemimpinan transformasional terdiri dari dua kata yaitu kepemimpinan (leadership)
dan transformasional (transformational). Kepemimpinan adalah setiap
tindakan yang yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi
dan memberi arah kepada individu atau kelompok lain lain yang tergabung dalam
wadah tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.[4]
McFarlan
(1978) mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu proses dimana pimpinan
dilukiskan akan memberi perintah atau pengaruh, bimbingan atau proses
mempengaruhi pekerjaan orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Menurut Pfiffner (1980) kepemimpinan adalah seni mengkoordinasi dan
memberi arah kepada individu atau kelompok untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
Kepemimpinan
transformasional diprediksikan mampu mendorong terciptanya efektifitas
institusi pendidikan. Jenis kepemimpinan ini menggambarkan adanya tingkat
kemampuan pemimpin untuk mengubah mentalitas dan perilaku pengikut menjadi
lebih baik.
Kepemimpinan
transformasional memiliki makna dan orientasi masa depan (future oriented)
institusi pendidikan diantaranya kebutuhan menanamkan budaya inovasi dan
kreatifitas dalam meningkatkan kreativitas dalam meningkatkan mutu dan
eksistensi institusi pendidikan. Hal ini penting karena warga institusi
pendidikan terutama peserta didik berharap banyak untuk terciptanya institusi
pendidikan yang berkualitas, produktif serta profesional dalam menapaki masa
depan dan segala tantangan yang ada.
Ciri pemimpin
transformasional diantaranya:
a. Mampu mendorong pengikut untuk
menyadari pentingnya hasil pekerjaan.
b. Mendorong pengikut untuk lebih
mendahulukan kepentingan organisasi
c. Mendorong untuk mencapai kebutuhan
yang lebih tinggi.
Kepemimpinan
transformasional menurut Bernard M. Bass memiliki karakteristik yang membedakan
dengan gaya kepemimpinan yang lainnya diantaranya:
a. Charisma
Memberikan
visi dan misi yang masuk akal, menimbulkan kebanggaan, menimbulkan rasa hormat
dan percaya.
b. Inspiration
Mengkomunikasikan
harapan yang tinggi, menggunakan simbol untuk memfokuskan upaya,
mengekspresikan tujuan penting dengan cara yang sederhana.
c. Intellectual
stimulation
Meningkatkan
intelegensi, rasionalitas, dan pemecahan masalah secara teliti.
d. Individualized
consideration
Memberikan
perhatian pribadi, melakukan pelatihan dan konsultasi kepada setiap bawahan
secara individual.
BAB III
PENUTUP
III. Kesimpulan
Teori kepemimpinan mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpanangan bahwa sifat – sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan, akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman.
Dari beberapa
definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpnan merupakan kemampuan
mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah
laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam
bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau
kelompok.
Kepemimpinan
transaksional dan transformasional memiliki perbedaan esensial dalam konstruksi
perilaku kepemimpinan tetapi sifatnya saling melengkapi dan tidak saling
meniadakan. Seberapa besar kombinasinya tergantung dari situasi masing-masing.
0 Komentar