Ringkasan Umum Perilaku Organisasi

Full - Perilaku Organisasi

BAB II
PEMBAHASAN
Apa Struktur Organisasi itu ?
Struktur organisasi (organizational structure) menentukan bagaimana pekerjaan dibagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan secara formal. Ada enam elemen kunci yang perlu diperhatikan oleh para manajer ketika mereka hendak mendesain struktur organisasi mereka. Keenam elemen tersebut adalah spesialisasi kerja, departementalisasi, rantai komando, rentang kendali, sentralisasi dan desentralisasi, serta formalisasi.
Beberapa Pertanyaan dan Jawaban Penting untuk Mendesain Struktur
Pertanyaan Kunci                                                           Jawaban diberikan melalui
1.      Sampai sejauh mana aktivitas dipecah                  Spesialisasi pekerjaan
menjadi pekerjaan-pekerjaan yang
berbeda ?
2.      Atas dasar apa pekerjaan akan                              Departementalisasi
dikelompokkan ?
3.      Kepada siapa individu dan kelompok                              Rantai komando
memberikan pertanggungjawaban
mereka ?
4.      Berapa banyak orang yang dapat diarahkan         Rantai kendali
oleh seorang manajer secara efisien dan
efektif ?
5.      Dimana wewenang pengambilan keputusan         Sentralisasi dan desentralisasi
berada ?
6.      Sejauh mana aturan dan ketentuan untuk             Formalisasi
mengatur dan mengarahkan karyawan dan
manajer diperlukan ?

Spesialisasi Pekerjaan
Saat ini, kita menggunakan istilah spesialisasi pekerjaan (work specialization), atau pembagian tenaga kerja (division of labour), untuk menggambarkan sejauh mana berbagai kegiatan dalam organisasi dibagi-bagi menjadi beberapa pekerjaan tersendiri. Hakikat dari spesialisasi pekerjaan adalah ketimbang seluruh pekerjaan dilakukan oleh seorang individu, pekerjaan itu dipecah-pecah menjadi sejumlah tahap, dengan masing-masing tahap diselesaikan oleh seorang individu tersendiri. Intinya, individu mengkhususkan diri dalam melakukan bagian dari suatu kegiatan ketimbang seluruh kegiatan.


Departementalisasi
Setelah memecah-mecah pekerjaan melalui spesialisasi, Anda perlu mengelompokkannya bersama sehingga tugas-tugas yang sama dapat dikoordinasi dalam satu basis. Dasar pengelompokan bersama pekerjaan ini disebut departementalisasi (departementalizational).
            Salah satu cara paling populer untuk mengelompokan kegiatan adalah berdasarkan fungsi-fungsi yang dijalankannya. Seorang manajer manufaktur bisa saja mengorganisasi sebuah pabrik dengan cara memisahkan para ahli teknik, akuntansi, manufaktur, personalia, dan persediaan ke dalam berbagai departemen yang lazim dikenal. Tentu saja, departementalisasi berdasarkan fungsi dapat berubah guna mencerminkan tujuan dan aktivitas organisasi. Sebuah rumah sakit mungkin memiliki departemen yang dikhususkan untuk penilitian, perawatan pasien, pembukuan, dan sebagainya.
Rantai Komando
Tiga puluh lima tahun silam, konsep rantai komando merupakan batu penjuru utama dalam desain organisasi. Sebagaimana akan Anda lihat sekarang, konsep ini sekarang kurang begitu penting lagi. Namun demikian, para manajer kontemporer tetap harus mempertimbangkan implikasinya ketika memutuskan bagaimana sebaiknya menyusun struktur organisasi mereka. Rantai Komando (chain of command) adalah suatu garis wewenang tanpa putus dari puncak organisasi ke eselon paling bawah dan menjelaskan siapa bertanggung jawab kepada siapa. Konsep ini menjawab pertanyaan-pertanyaan dari karyawan seperti “Saya harus menemui siapa jika punya masalah?” dan “Kepada siapa saya bertanggung jawab?”
            Anda tidak dapat membahas rantai komando tanpa membahas dua konsep lain yang saling melengkapi: wewenang dan kesatuan komando. Wewenang (authority) mengacu pasa hak-hak yang melekat dalam sebuah posisi manajerial untuk memberikan perintah dan untuk berharap bahwa perintah itu dipatuhi. Untuk memfasilitasi koordinasi, tiap posisi manajerial diberi sebuah tempat dalam rantai komando, dan tiap manajer diberi tingkat wewenang tertentu untuk memenuhi tanggung jawabnya. Prinsip kesatuan komando (unity-of-komando) membantu melanggengkan konsep garis wewenang yang tidak terputus. Prinsip ini menyatakan bahwa seseorang hanya mempunyai satu dan satu-satunya atasan yang kepadanya ia bertanggung jawab secara langsung. Jika kesatuan komando putus, seorang karyawan mungkin harus menghadapi berbagai permintaan atau prioritas yang saling bertentangan dari beberapa atasan.
Rentang Kendali
Berapa banyak karyawan yang dapat diarahkan secara efisien dan efektif oleh seorang manajer? Pertanyaan mengenai rentang kendali (span of control) ini penting karena, hingga kadar tertentu, menentukan jumlah tingkatan dan manajer yang perlu dimiliki oleh suatu organisasi. Dengan mengandaikan semua hal sama, semakin lebar atau besar rentangnya, semakin efisien organisasi. Sebuah contoh kiranya dapat mengilustrasikan kesahihan pernyataan ini.
            Asumsikan kita memiliki dua organisasi, yang keduanya memiliki kurang lebih 4.100 karyawan tingkat operasional. Sebagaimana diilustrasikan dalam Gambar 1, jika salah satunya memiliki rentang kendali yang seragam atas empat orang dan yang lain rentang kendali atas delapan orang, rentang yang lebih lebar akan memiliki dua tingkat lebih sedikit dan kurang dari 800 manajer lebih sedikit. Jika manajer kebanyakan menerima 50.000 dolar per tahun, rentang yang lebih lebar akan menghemat 40 juta per tahun untuk membayar mereka! Jelas, rentang kendali yang lebih lebar akan lebih efisien dalam hal biaya. Namun, dalam keadaan tertentu, rentang yang lebih lebar bisa mengrangi keefektifan. Itu terjadi jika rentang tersebut menjadi terlalu lebar: kinerja karyawan memburuk karena para penyelia tidak lagi memiliki waktu untuk memberikan kepemimpinan dan dukungan yang diperlukan.
            Rentang yang sempit atau kecil memiliki pengusungnya sendiri. Dengan membatasi rentang kendali pada lima atau enam karyawan, seorang manajer dapat mempertahankan kendalinya secara baik. Tetapi, rentang yang sempit memiliki tiga kelemahan. Pertama, hal ini akan mahal karena memperbanyak tingkatan manajemen. Kedua, hal ini membuat komunikasi vertikal dalam organisasi lebih rumit. Tingkat hierarki tambahan tersebut memperlambat pengambilan keputusan dan cenderung mengisolasi manajemen atas. Ketiga,  rentang kendali yang sempit mendorong supervisi yang terlalu ketat sehingga menghambat otonomi karyawan.
            Tren belakangan ini adalah kearah rentang kendali yang lebih lebar. Hal ini selaras dengan upaya perusahaan saat ini untuk mengurangi biaya, memangkas overhead, mempercepat proses pengambilan keputusan, meningkatkan fleksibilitas, menjadi lebih dekat dengan pelanggan, dan memberdayakan karyawan. Namun, untuk memastikan bahwa kinerja tidak memburuk lantaran pelatihan karyawan. Para manajer tahu bahwa mereka dapat lebih baik menangani rentang yang lebih lebar jika karyawan mengetahui pekerjaan mereka dengan baik atau dapat meminta bantuan kepada rekan mereka ketika memiliki persoalan.
            Gambar 1 : Membandingkan Rentang Kendali
Anggota pada tiap tingkat

(Tertinggi)
Asumsi
Asumsi
rentang 4
rentang 8

1
2
3
4
Tingkat organisasi
5
6
7
Rentang 8 :
Operasi
= 4.096
Manajer (Tingkat 1-4)
= 585
Rentang 4 :
Operasi
= 4.096
Manajer (Tingkat 1-6)
= 1.365
Sentralisasi dan Desentralisasi
Di beberapa organisasi, manajer puncak membuat semua keputsan. Manajer tingkat bawah hanya menjalankan arahan manajer puncak. Di ekstrem yang lain, ada organisasi yang pengambil keputusannya diserahkan kepada para manajer yang paling dekat dengan suatu tindakan. Organisasi yang pertama disebut ssentralistis; yang kedua desentralistis.
              Istilah sentralisasi (centralization) mengacu pada tingkat sampai sejauh mana pengambilan keputusan dikonsentrasikan pada satu titik tunggal dalam organisasi. Konsep tersebut hanya mencakup wewenang formal―yaitu, hak-hak yang melekat pada posisi seseorang. Biasanya, suatu organisasi dikatakan sentralistis jika manajemen puncak membuat keputusan-keputusan kunci organisasi dengan meminta sedikit masukan atau tanpa masukan sama sekali dari personel tingkat bawah. Sebaliknya, semakin banyak personel tingkat bawah yang memberikan masukan atau secara aktual diberi kebebasan memilih untuk membuat keputusan, semakin desentralisasi suatu organisasi. Organisasi yang dicirikan dengan sentralisasi secara inheren berbeda dengan organisasi desentralistis. Dalam organisasi  yang desentralisasi, tindakan untuk memecahkan masalah dapat diambil dengan lebih cepat, lebih banyak orang bisa memberikan masukan bagi keputusan, dan karyawan lebih kecil kemungkinannya merasa terasing dari mereka yang membuat keputusan yang mempengaruhi kehidupan kerja mereka.
              Selaras dengan upaya-upaya manajemen dewasa ini untuk membuat organisasi lebih fleksibel dan tanggap, ada tren yang tegas ke arah desentralisasi pengambilan keputusan. Di berbagai perusahaan besar, manajer tingkat bawah lebih dekat dengan “tindakan” dan, karenanya, memiliki pengetahuan lebih terinci mengenai suatu permasalahan daripada manajer puncak.
              Jika anda seorang manajer di sebuah organisasi desentralistis, nyamankah Anda untuk mendelegasikan keputusan dan tugas-tugas penting kepada bawahan Anda?
Formalisasi
Formalisasi (formalization) mengacu sejauh mana pekerjaan-pekerjaan di dalam organisasi dibakukan. Jika sebuah pekerjaan sangat formal, pemangku pekerjaan akan memiliki sedikit sekali kebebasan untuk memilih apa yang harus dikerjakan, kapan harus dikerjakan, dan bagaimana dikerjakan. Karyawan diharapkan untuk selalu menangani input yang sama dengan cara yang sama, serta akhirnya menghasilkan output yang konsisten dan seragam. Di organisasi dengan tingkat formalisasi tinggi, ada deskripsi tugas yang jelas, beragam aturan organisasi, dan produser yang didefinisikan secara tegas. Manakala tingkat formalisasi rendah, perilaku pekerjaan relatif tidak terprogram dan karyawan memiliki banyak kebebasan untuk menjalankan diskresi mereka terkait dengan pekerjaan. Karena kebebasan seorang individu atas pekerjaan berbanding terbalik dengan jumlah perilaku dalam pekerjaan yang diprogram sebelumnya oleh organisasi, semakin besar standadisasi semakin kecil input yang dimiliki karyawan mengenai bagaimana suatu pekerjaan harus ditunaikan dalam perilaku-perilaku alternatif, tetapi juga menghapuskan perlunya karyawan mempertimbangkan alternatif.

Desain Organisasi yang Umum
Kita sekarang beralih untuk menguraikan tiga dari beberapa desain organisasi yang lazim digunakan: struktur sederhana, birokrasi, dan struktur matriks.
Struktur Sederhana
Kesamaan apa yang dimiliki oleh sebuah toko ritel kecil, perusahaan elektronik yang dikelola oleh seorang wirausahawan yang ulet, dan maskapai penerbangan di tengah-tengah pemogokan pilot mereka? Barangkali, mereka semua menggunakan struktur sederhana (simple struktur).
              Struktur sederhana terutama dicirikan dengan apa yang bukan dan bukan yang sebenarnya. Struktur ini tidak rumit. Struktur sederhana memiliki kadar departementalisasi yang rendah, rentang kendali yang luas, wewenang yang tersentralisasi pada seseorang, dan sedikit formalisasi. Struktur sederhana adalah sebuah organisasi “rata”; biasanya hanya memiliki dua atau tiga tingkatan vertikal, badan karyawan yang longgar, dan satu individu yang kepadanya wewenang pengambilan keputusan dipusatkan.
              Kekuatan dari struktur ini terletak pada kesederhanaannya. Cepat, fleksibel, tidak mahal untuk dikelola, dan akuntabilitasnya jelas. Satu kelemahan utamanya adalah struktur ini sulit dijalankan dimanapun selain di organisasi kecil. Struktur sederhana menjadi semakin tidak memadai tatkala sebuah organisasi berkembang karena formalisasinya yang  rendah dan sentralisasinya yang tinggi cenderung menciptakan kelebihan beban (overload) informasi di puncak. Ketika bertambah besar, proses pengambilan keputusan biasanya menjadi semakin lambat dan pada akhirnya bisa mandek sama sekali manakala eksekutif tunggal mencoba untuk terus membuat seluruh keputusan. Hal ini sering menjadi awal dari jatuhnya banyak usaha kecil. Ketika sebuah organisasi mulai mempekerjakan 50 atau 100 orang, sulit sekali bagi pemilik―manajer untuk membuat semua keputusan. Jika strukturnya tidak diubah dan dibuat lebih rinci, perusahaan itu akan kehilangan momentum dan akhirnya gagal. Kelemahan lain dari struktur sederhana adalah bahwa struktur ini berisiko―segalanya bergantung pada satu orang. Sekali saja sang pemimpin terkena serangan jantung maka dapat menghancurkan pusat informasi dan pengambilan keputusan organisasi.
Birokrasi
Standarisasi ! Itulah konsep kunci yang mendasari semua birokrasi. Perhatikanlah bank tempat Anda membuka rekening tabungan, pasar swalayan tempat Anda membeli pakaian atau kantor-kantor pemerintah yang memungut pajak Anda, menerapkan peraturan kesehatan atau menyediakan perlindungan kebakaran lokal. Mereka semua mengandalkan proses kerja standar untuk koordinasi dan pengendalian.
            Birokrasi (bureaucracy) dicirikan dengan tugas-tugas operasi yang sangat rutin yang dicapai melalui spesialisasi, aturan dan ketentuan yang sangat formal, tugas-tugas yang dikelompokkan ke dalam berbagai departemen fungsional, wewenang terpusat, rentang kendali yang sempit, dan pengambilan keputusan yang mengikuti rantai komando. Sebagaimana dinyatakan dalam kutipan pembuka bab ini, birokrasi adalah sebuah kata yang memiliki konotasi tak menyenangkan di benak kebanyakan orang. Namun, birokrasi toh memiliki kesempatan untuk berbicara “dengan bahasa yang sama” diantara rekan-rekan sejawat mereka. Lebih jauh, birokrasi bisa berjalan cukup baik dengan  manajer tingkat menengah dan bawah yang mungkin kurang berbakat―dan, karena itu, lebih murah. Aturan dan ketentuan yang jumlahnya banyak menggantikan kebebasan manajerial. Operasi standar, ditambah dengan formalisasi yang tinggi, memungkunkan pengambilan keputusan terpusat. Karena itu, sedikit sekali dibutuhkan pengambilan keputusan yang inovatif dan berpengalaman di bawah tingkat eksekutif senior.
            Salah satu kelemahan utama birokrasi diilustrasikan dalam dialog berikut di antara empat orang eksekutif di satu perusahaan: “Anda tahu, tak ada yang terjadi di tempat ini sampai kita menghasilkan sesuatu,” kata eksekutif produksi. “Keliru,” komentar manajer penelitian dan pengembangan, “yang benar, tidak ada yang terjadi sampai kita mendesain sesuatu!” “Apa yang Anda berdua bicarakan?” tanya eksekutif  pemasaran. “Tak ada yang terjadi di sini sampai  kita menjual sesuatu!” Akhirnya, manajer pembukuan yang jengkel mananggapi, “Tidak jadi soal apa yang Anda hasilkan, desain, atau jual. Tak seorang pun yang tahu apa yang terjadi sampai kita menghitung hasilnya!” Percakapan ini menunjukan fakta bahwa spesialisasi bisa menciptakan konflik-konflik subunit. Tujuan unit fungsional dapat mengalahkan tujuan keseluruhan organisasi.
            Kelemahan besar lain dari birokrasi adalah sesuatu yang kita semua pernah alami suatu kali ketika harus berhadapan dengan mereka yang bekerja di organisasi-organisasi semacam ini: berlebihan dalam mengikuti aturan. Ketika ada kasus-kasus yang tidak sesuai sedikit saja dengan aturan, tidak ada ruang untuk modifikasi. Birokrasi hanya efisien sepanjang karyawan menghadapi masalah-masalah yang sebelumnya telah mereka hadapi dan sudah ada aturan keputusan terprogram yang mapan.
Struktur Matriks
Ilihan desain organisasi lain yang populer adalah struktur matriks (matrix structure). Anda akan menemukan struktur ini digunakan di agen-agen periklanan, perusahaan pesawat terbang, laboratorium penelitian dan pengembangan, perusahaan konstruksi, rumah sakit, lembaga-lembaga pemerintah, universitas, perusahaan konsultan manajemen, dan perusahaan hiburan. Pada hakikatnya, struktur matriks menggabungkan dua bentuk departementalisasi: fungsional dan produk.
            Kekuatan departementalisasi fungsional terletak, misalnya, pada penyatuan para spesialis, yang meminimalkan jumlah yang diperlukan sembari memungkinkan pengumpulan dan pembagian sumber-sumber daya khusus untuk seluruh produk. Kelemahan terbesarnya adalah sulitnya mengoordinasitugas para spesialis fungsional yang beragam agar kegiatan mereka rampung tepat waktu dan sesuai anggaran. Departementalisasi produk, di lain pihak, memiliki keuntungan dan kerugian yang berlawanan. Departementalisasi ini memudahkan koordinasi di antara para spesialis untuk menyelesaikan tugas tepat waktu dan memenuhi target anggaran. Lebih jauh, departementalisasi ini memberikan tanggung jawab yang jelas atas semua kegiatan yang terkait dengan sebuah produk, tetapi dengan duplikasi kegiatan biaya. Matriks berupaya menarik kekuatan tersebut, sembari menghindari kelemahan-kelemahan mereka


            Gambar 2. Struktur Maatriks di sebuah Sekolah Tinggi Administrasi Bisnis
Program
Sarjana S1
Magister
Doktor
Riset
Pengembangan
Pengabdian
Jurusan
 Eksekutif
Akuntansi






Keuangan






Sistem Informasi dan pengambilan keputusan
















Manajemen






Pemasaran







            Karateristik struktural paling nyata dari matriks adalah bahwa ia mematahkan konsep kesatuan komando. Karyawan dalam struktur matriks memiliki dua atasan―manajer departemen fungsional dan manajer produk. Karena itu, matriks memilki rantai komando ganda.
            Gambar 2 memperlihatkan bentuk matriks sebagaimana digunakan di sebuah sekolah tinggi administrasi bisnis. Departemen akademis yang terdiri atas akuntansi, sistem informasi dan pengambilan keputusan, pemasaran, dan sebagainya merupakan unit fungsional. Selain itu, berbagai program spesifik (yaitu, produk) menjalankan beberapa fungsi sekaligus. Dengan demikian, para anggota dalam sebuah struktur memiliki tugas ganda—kepada departemen fungsional dan kepada kelompok produk. Sebagai contoh, seorang profesor akuntansi yang sedang mengajar mata kuliah untuk program sarjana bertanggung jawab kepada direktur program sarjana dan juga kepada ketua departemen akuntansi.
            Ada keuntungan lain dari matriks. Matriks memudahkan penempatan para apesialis secara afisien. Ketika individu-individu yang memiliki ketrampilan tertentu dimasukkan ke satu departemen fungsional atau kelompok produk, bakat mereka termonopoli dan kurang termanfaatkan secara penuh. Matriks mencapai keuntungan skala ekonomi dengan cara menyediakan sumber-sumber daya terbaik maupun ccara yang efektif bagi organisasi untuk memastikan penggunaan sumber daya tersebut secara efisien.
            Kelemahan utama matriks terletak pada kebingungan yang diciptakannua, kecenderungannya untuk menumbuhkan perjuangan meraih kekuasaan, dan stres yang dirasakan para individu. Ketika Anda membuang konsep kesatuan komando, ambiguitas meningkat secara sigfnifikan, dan ini sering kali menyebabkan munculnya konflik. Sebagai contoh, sering tidak jelas siapa harus bertanggung jawab kepada siapa, dan bukanlah hal aneh bagi para manajer produk untuk memperebutkan para spesialis terbaik agar bekerja di departemen mereka. Kebingungan dan ambiguitas ini juga menciptakan benih-benih perjuangan meraih kekuasaan. Birokrasi mengurangi potensi perebutan kekuasaan dengan aturan main yang jelas. Ketika aturan itu “bisa diperebutkan”, muncullah perjuangan meraih kekuasaan antara manajer fungsional dengan manajer produk. Bagi individu yang menginginkan rasa aman dan tiadanya ambiguitas, suasana kerja seperti ini dapat menimbulkan rasa stres. Mempertanggungjawabkan pekerjaan kepada lebih dari atasan memunculkan konflik peran, sementara ekspektasi yang tidak jelas mendatangkan ambiguitas peran. Rasa nyaman yang bisa diperoleh dari kepastian birokrasi tidak ada, digantikan oleh rasa tidak aman dan stres.


Pilihan-pilihan Desain Baru
Selama satu atau dua dasawarsa lalu, para manajer senior di sejumlah organisasi telah bekerja untuk mengembangkan pilihan-pilihan struktural baru yang bisa lebih membantu perusahaan mereka untuk bersaing secara efektif. Di bagian ini, akan dibahas tiga desain struktural tersebut: struktur tim, organisasi virtual, dan organisasi nirbatas
Sruktur Tim
Ketika manajemen menggunakan tim sebagai koordinasi sentral, Anda memiliki sebuah organisasi horizontal atau struktur tim (team structure). Karakter utama struktur tim adalah bahwa struktur ini meniadakan kendala-kendala departemental dan mendesentralisasi pengambilan keputusan ke tingkat tim kerja. Struktur tim juga mendorong karyawan untuk menjadi generalis sekaligus spesialis.
            Umumnya, terutama di antara organisasi-organisasi besar, struktur tim melengkapi apa yang biasanya merupakan sebuah birokrasi. Ini memungkinkan organisasi untuk mencapai efisiensi dari standardisasi birokrasi sekaligus mendapatkan fleksibilitas yang disediakan oleh tim. Untuk meningkatkan produktivitas pada tingkat operasi, misalnya, perusahaan-perusahaan seperti DaimlerChrysler, Motorola, dan Xerox telah banyak memanfaatkan tim swakelola. Sebaliknya, ketika berbagai perusahaan seperti Boeing perlu mendesain produk baru atau mengoordinasika proyek besar, mereka akan menyusun struktur aktivitas dalam tim-tim lintas fungsi.
Organisasi Virtual
Mengapa harus memiliki kalau Anda bisa menyewa ? Pertanyaan ini secara akurat menggambarkan hakikat dari organisasi virtual (virtual organization), terkadang juga disebut organisasi jaringan atau modular, yang biasanya merupakan organisasi inti kecil yang lalu menyubkontrakkan fungsi-fungsi utama bisnis. Dalam bahasa struktural, organisasi virtual sangat sentralistis, dengan sedikit departementlisasi atau tidak sama sekali.
            Organisasi virtual ini telah membangun jaringan hubungan yang memungkinkan mereka menyubkontrakkan kegiatan manufaktur, distribusi, pemasaran, atau fungsi bisnis apa pun lainnya karena manajemen merasa bahwa pihak lain dapat melakukannya secara lebih baik atau murah. Organisasi virtual berbeda sekali dengan birikrasi tipikal yang memilki banyak tingkatan manajemen vertikal, di mana kendali diperoleh melalui kepemilikan. Dalam organisasi yang disebut terakhir ini, penelitian dan pengembangan dilakukan secara internal, produksi berlangsung di pabrik milik perusahaan, serta penjualan dan pemasaran dijalankan oleh karyawan perusahaan itu sendiri. Untuk mendukung seluruh kegiatan ini, manajemen harus mempekerjakan staf tambahan, termasuk akuntan, spesialis SDM, dan pengacara. Namun, organisasi virtual menyubkontrakkan banyak dari fungsi ini dan konsentrasi pada hal terbaik yang dapat dilakukannya.
            Gambar 2 memperlihatkan sebuah organisasi virtual di mana manajemen menyubkontrakkan semua fungsi utama bisnisnya. Inti dari organisasi itu adalah sekelompok kecil eksekutif yang bertugas mengawasi langsung segala kegiatan yang dilakukan secara internal dan mengoordinasikan hubungan dengan organisasi lain yang membuat, mendistribusikan, dan menjalankan fungsi-fungsi krusial lainnya untuk organisasi virtual itu. Pada hakikatnya, para manajer dalam struktur virtual menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk melakukan koordinasi dan mengontrol hubungan eksternal, biasanya melalui jaringan komputer.
            Kekuatan utama organisasi virtual terletak pada fleksibilitasnya. Kelemahan terbesar struktur ini adalah bahwa ia mengurangi kendali manajemen atas bagian-bagian terpenting dari bisnisnya.
Organisasi Nirbatas
Organisasi nirbatas merupakan sebuah organisasi yang berusaha menghilangkan rantai komando, memiliki rentang kendali tak terbatas, dan mengganti departemen dengan tim yang diperdayakan. Karena perusahaan itu sangat mengandalkan teknologi informasi, sebagian kalangan menyebut struktur ini organisasi T-form (atau berbasis teknologi)
            Bila berjalan penuh, organisasi nirbatas juga menghapuskan hambatan-hambatan ke konstituen eksternal (pemasok, pelanggan, pembuat peraturan, dan sebagainya) dan hambatan-hambatan yang tercipta karena faktor geografis. Globalisasi, aliansi strategis, hubungan pelanggan-organisasi, dan telecommuting (bekerja dari rumah dengan menggunakan jaringan komputer) semuanya adalah contoh praktik yang meminimalkan batas-batas eksternal.

 










          Gambar 2: Organisasi Virtual
Mengapa Struktur Berbeda-beda ?
Pada bagian-bagian sebelumnya, telah dijelaskan beragam desain organisasi, mulai dari birokrasi yang sangat terstruktur dan terstandardisasi sampai organisasi nirbatas yang longgar dan nyaris tanpa bentuk. Desain-desain lain yang juga telah dibahas cenderung ada di antara kedua ekstrem ini.
            Gambar 3 merekonseptualisasi pembahasan sebelumnya dengan menyajikan dua model ekstrem dari desain organisasi. Ekstrem pertama disebut model mekanistis (mechanistic model). Model ini umumnya sinonim dengan birokrasi karena memilki departementalisasi yang banyak, formalisasi yang tinggi, jaringan informasi yang terbatas (kebanyakan komunikasi berjalan ke bawah), dan rendahnya tingkat partisipasi anggota tingkat bawah dalam pengambilan keputusan. Pada ekstrem lain, terdapat model organik (organic model). Model ini sangat mirip dengan organisasi nirbatas: rata, menggunakan tim lintas hierarki dan lintas fungsi, memilki formalisasi yang rendah, memiliki jaringan informasi yang komprehensif (menggunakan komunikasi yang berjalan ke samping, ke atas, dan juga ke bawah), dan melibatkan partisipasi tinggi dalam pengambilan keputusan.
Strategi
Struktur organisasi adalah salah satu sarana yang digunakan manajemen untuk mencapai sasarannya. Karena sasaran diturunkan dari strategi orgainsasi secara keseluruhan, logis kalau strategi dan struktur harus terkait erat. Tepatnya, struktur harus mengikuti strategi jika manajemen melakukan perubahan signifikan dalam stretegi organisasinya, struktur pun perlu dimodifikasi untuk menampung dan mendukung perubahan ini.
            Sebagian besar kerangka strategi dewasa ini terfokus pada tiga dimensi strategi―inovasi, minimalisasi biaya, dan imitasi—dan pada desain struktur yang berfungsi dengan baik untuk masing-masing dimensi.
                       

                                        Model Mekanistis                                                                                           Model Organik
                                   
 



           
 





·         Spesialisasi                                                                                          ● Tim lintas fungsi
·         Departementalisasi kaku                                                                 ● Tim lintas hierarki
·         Rantai komando jelas                                                                      ● Aliran informasi bebas
·         Rentang kendali sempit                                                                   ● Rentang kendali lua       
·         Sentralisasi                                                                                          ● Desentralisasi   
·         Formalisasi tinggi                                                                               ● Formalisasi rendah                                 
Gambar 3: Model Mekanistis vs Model Organik

Sejauh mana sebuah organisasi memperkenalkan produk atau jasa baru andalannya ? strategi inovasi (innovation strategy) tidak berarti sekedar perubahan sederhana atau riasan dari penawaran, sebelumnya tetapi lebih merupakan inovasi yang bermakna dan unik. Jelas, tidak semua perusahaan melakukan inovasi.
            Sebuah organisasi yang menjalankan strategi minimalisasi biaya (cost minimization strategy) secara ketat mengontrol biaya, mencegah timbulnya pengeluaran-pengeluaran untuk inovasi atau pemasaran yang tidak perlu, dan memengkas harga dalam menjual produk dasar.
            Organisasi-organisasi yang menjalankan strategi imitasi (imitation strategy) atau meniru, mencoba memanfaatkan yang terbaik dari kedua strategi sebelumnya. Mereka mencoba meminimalkan resiko dan memaksimalkan peluang untuk mendapatkan laba. Strategi mereka adalah beralih ke produk-produk atau pasar-pasar baru hanya setelah viabilitasnya teruji oleh inovator. Mereka mempelajari gagasan yang berhasil dari para inovator  lalu menirunya.
Ukuran Organisasi
Terdapat banyak bukti yang mendukung ide bahwa ukuran sebuah organisasi secara signifikan memengaruhi strukturnya. Ssebagai contoh, organisasi-organisasi besar―biasanya mempekerjakan 2.000 orang atau lebih—cenderung memiliki lebih banyak spesialisasi, departementalisasi, tingkat vertikal, serta aturan dan ketentuan daripada organisasi kecil. Namun, hubungan ini tidak bersifat linier. Alih-alih, ukuran mempengaruhi struktur dengan kadar yang semakin menurun. Dampak ukuran menjadi kurang penting tatkala organisasi meluas. Mengapa demikian? Pada hakikatnya, bila ketika memiliki sekitar 2.000 karyawan, sebuah organisasi sudah menjadi cukup mekanistis. Tambahan 500 karyawan tidak akan berpengaruh banyak. Sebaliknya, menambahkan 500 karyawan pada organisasi yang baru memiliki 300 anggota mungkin akan menyebabkan pergeseran signifikan ke arah struktur yang lebih mekanistis.
Teknologi
Istilah teknologi (technology) mengacu pada cara sebuah organisasi mengubah input menjadi output. Setiap organisasi memiliki paling tidak satu teknologi untuk mengubah sumber daya finansial, SDM, dan sumber daya fisik menjadi produk atau jasa. Dalam bagian ini, kita akan melihat bahwa struktur organisasi menyesuaikan diri dengan teknologi.
            Banyak studi telah dilakukan untuk meneliti hubungan teknologi-struktur. Detail berbagai studi itu sangat rumit, sehingga kita langsung saja ke “intinya” dan berupaya merangkum apa yang kita ketahui.
            Tema umum yang membedakan teknologi adalah derajat kerutinan-nya. Maksudnya, apakah teknologi cenderung menjadi kegiatan yang rutin atau bukan. Kegiatan yang rutin dicirikan oleh operasi otomatis dan terstandar. Kegiatan yang tidak rutin memiliki beberapa penyesuaian. Kegiatan yang disebut terakhir ini meliputi berbagai operasi seperti perbaikan mebel, pembuatan sepatu pesanan, dan riset genetis.
            Apakah hubungan antara teknologi dan struktur? Meskipun keterkaitan tersebut tidak begitu erat, kami menemukan bahwa tugas-tugas rutin diasosiasikan dengan struktur yang lebih tinggi dan terdepartementalisasi. Namun, hubungan antara teknologi dan formalisasi lebih kuat. Beberapa studi, secara konsisten, memperlihatkan bahwa rutinitas diasosiasikan dengan adanya manual aturan, uraian pekerjaan, dan dokuemntasi formal lainnya. Akhirnya, hubungan yang menarik ditemukan antara teknologi dan sentralisasi. Sepertinya logis kalau teknologi rutin akan diasosiasikan dengan struktur yang sentralistis, sementara teknologi non-rutin, yang lebih mengandalkan pengetahuan para spesialis, akan dicirikan dengan wewenang keputusan yang didelegasikan. Ada beberapa kalangan yng mendukung pendapat ini. Namun, kesimpulan yang lebih bisa digeneralisasi adalah bahwa hubungan teknologi-sentralisasi dimoderatkan oleh derajat formalisasi. Ketentuan formal maupun pengambilan keputusan yang sentralistis jika terdapat aturan dan ketentuan yang minim. Namun, jika derajat formalisasinya tinggi, teknologi rutin dapat didampingi dengan desentralisasi. Jika, prediksi kita adalah bahwa teknologi rutin akan mengarah ke sentralisasi, tetapi hanya jika derajat formalisasinya rendah.
Lingkungan
Lingkungan (environment) sebuah organisasi terbentuk dari lembaga-lembaga atau kekuatan-kekuatan di luar organisasi yang berpotensi memengaruhi kinerja organisasi. Kekuatan-kekuatan ini biasanya meliputi pemasok, pelanggan, pesaing, badan peraturan pemerintah, kelompok-kelompok tekanan publik, dan sebagainya.
            Mengapa struktur sebuah organisasi dipengaruhi oleh lingkungannya? Karena lingkungan selalu berubah. Beberapa organisasi menghadapi lingkungan yang relatif statis―tak banyak kekuatan di lingkungan mereka yang berubah. Misalnya, tidak muncul pesaing baru, tidak ada terobosan teknologi baru oleh pesaing baru saat ini, atau tidak banyak aktivitas dari kelompok-kelompok tekanan publik yang mungkin memengaruhi organisasi. Organisasi-organisasi lain menghadapi lingkungan yang sangat dinamis—peraturan pemerintah yang cepat berubah dan memengaruhi bisnis mereka, pesaing baru, kesulitan dalam mendapatkan bahan baku, preferensi pelanggan yang terus berubah terhadap produk dan semacamnya. Secara signifikan, lingkungan yang statis memberi sedikit ketidakpastian bagi manajer dibanding lingkungan yang dinamis. Karena ketidakpastian adalah sebuah ancaman bagi keefektifan sebuah organisasi, manajemen akan mencoba meminimalkannya. Salah satu cara untuk mengurangi ketidakpastian lingkungan adalah melalui penyesuaian struktur organisasi.
            Penelitian terbaru telah membantu memperjelas apa yang dimaksud dengan ketidakpastian lingkungan. Ditemukan adanya tiga dimensi kunci dalam lingkungan organisasi: kemampuan (capacity), ketidakstabilan (volatility), dan kompleksitas (complexity).
            Kemampuan suatu lingkungan merujuk pada sejauh mana lingkungan tersebut dapat mendukung pertumbuhan. Lingkungan yang kaya dapat melindungi organisasi pada saat terjadinya kelangkaan. Kemampuan yang berlimpah, misalnya, memberi ruang bagi sebuah seluruh organisasi untuk melakukan kesalahan, namun tidak demikian halnya dengan kemampuan yang terbatas. Pada tahun 2004, perusahaan-perusahaan yang bergerak di bisnis peranti lunak mutimedia mendapatkan lingkungan yang relatif berlimpah, sedangkan perusahaan pialang dengan layanan penuh menghadapi kelangkaan relatif.
           
Kadar ketidakstabilan dalam sebuah lingkungan tercakup dalam dimensi volatilitas. Ketika derajat perubahan yang tak dapat diprediksi tinggi, lingkungan digolongkan dinamis. Ini menyulitkan manajemen untuk secara akurat memprediksi probabilitas yang menyertai berbagai alternatif  keputusan.
            Terakhir, lingkungan perlu dinilai dalam hal kompleksitas—yaitu, kadar heterogenitas dan konsentrasi di antara elemen-elemen lingkungan. Lingkungan sederhana bersifat homogen dan terkonsentrasi. Contoh dari lingkungan sederhana adalah industri tembakau, yang relatif memiliki sedikit pemain. Mudah bagi perusahaan-perusahaan di dalam industri ini untuk mengamati persaingan. Sebaliknya, lingkungan yang dicirikan oleh heterogenitas dan penyebaran luas disebut kompleks. Pada hakikatnya, ini merupakan lingkungan baru bagi perusahaan-perusahaan yang bersaing dalam bisnis koneksi Internet. Setiap hari, tampak adanya (“orang baru” “new kid on the block” lain yang dengannya penyedia akses Internet saat ini harus berhubungan.

                                                                   Stabil
                                         Melimpah


                               Sederhana                                                     Kompleks




                                                                                         Langka
                                                                Dinamis
           
Gambar 4: Model Lingkungan Berdimensi Tiga
 
Pada gambar 4 merangkum definisi lingkungan beserta ketiga dimensinya. Panah-panah dalam tampilan tersebut menunjukkan gerakan kearah ketidakpastian yang lebih tinggi. Karenanya, organisasi-organisasi yang beroperasi di lingkungan yang dicirikan oleh kelangkaan, dinamisme, dan kekompleksan menghadapi derajat ketidakpastian paling besar. Mengapa? Karena organisasi-organisasi tersebut memiliki sedikit ruang untuk kesalahan, ketidakpastian yang tinggi, dan beragam elemen di lingkungan untuk di pantau terus-menerus.
Berdasarkan definisi tiga dimensi lingkungan ini, dapat menarik beberapa kesimpulan umum. Ada petunjuk yang mengaitkan derajat ketidakpastian lingkungan dengan penataan struktur yang berbeda. Tepatnya, semakin langka, dinamis, dan kompleks lingkungan, semakin organik sebuah struktur jadinya. Semakin berlimpah, stabil, dan sederhana lingkungan, struktur mekanistis akan lebih disukai.

Desain Organisasi dan Perilaku Karyawan
Pembahasan ini dibuka dengan menyiratkan bahwa struktur organisasi bisa memiliki efek yang signifikan terhadap anggota-anggotanya. Di bagian ini, kita akan melihat langsung apa saja kemungkinan efek tersebut.
            Sebuah ulasan mengenai bukti yang mengaitkan struktur organisasi dengan kinerja dan kepuasan karyawan membawa kita pada kesimpulan yang cukup jelas—Anda tidak bisa melakukan generalisasi! Tidak semua orang lebih menyukai kebebasan dan fleksibilitas dalam struktur organisasi. Sebagian orang bisa produktif dan merasa puas ketika tugas-tugas pekerjaan dibakukan dan ambiguitas diminimalkan—artinya, struktur yang digunakan bersifat mekanistis. Karenanya, setiap pembahasan mengenai efek desain organisasi terhadap perilaku karyawan harus mempertimbangkan perbedaan-perbedaan individual. Untuk mengilustrasikan hal ini, mari kita perhatikan preferensi karyawan pada spesialisasi pekerjaan, rentang kendali, dan sentralisasi.
            Bukti-bukti umum menunjukkan bahwa spesialisasi pekerjaan memberikan kontribusi pada kinerja karyawan yang lebih tinggi, tetapi hal itu juga mengurangi kepuasan kerja. Namun, pernyataan ini mengabaikan berbagai perbedaan individual dan jenis pekerjaan yang orang lakukan. Sebagaimana telah dinyatakan sebelumnya, spesialisasi pekerjaan bukan merupakan cara yang selalu berhasil untuk mendapatkan produktivitas mulai memburuk, ketika pemborosan sumber daya manusia dalam melakukan tugas-tugas yang sempit dan berulang lebih besar daripada ekonomi spesialisasi. Karena tenaga kerja sudah semakin tinggi pendidikannya dan sangat mengharapkan pekerjaan yang secara intrinsik menyenangkan, titik di mana produktivitas mulai menurun tampaknya dicapai lebih cepat dibanding beberapa dasawarsa yang lalu.
            Meskipun dewasa ini lebih banyak orang, tidak diragukan lagi, merasa bosan dengan pekerjaan yang sangat terspesialisasi dibanding orang tua atau kakek-nenek mereka, merupakan hal yang naif untuk mengabaikan menyataan bahwa masih ada segmen tenaga kerja yang lebih menyukai hal-hal rutin dan berulang dari pekerjaan yang sangat terspesialisasi. Sebagaian individu menginginkan pekerjaan yang mengandung tuntutan intelektual yang minim dan memberikan rasa aman karena bersifat rutin. Bagi mereka, spesialisasi pekerjaan yang tinggi adalah sumber kepuasan kerja. Persoalan empirisnya, tentu saja, adalah apakah mereka mewakili 2 persen tenaga atau 52 persen. Dengan adanya kebebasan pribadi dalam memilih karier, kita bisa menyimpulkan bahwa akibat-akibat perilaku negatif yang dipicu oleh tingkat spesialisasi yang tinggi kemungkinan besar muncul dalam posisi profesional yang diduduki oleh individu-individu yang kebutuhannya akan perkembangan pribadi dan keragaman tinggi.
            Sebuah penilitian menunjukkan bahwa aman untuk mengatakan tidak ada bukti yang mendukung relasi antara rentang kendali dan kinerja karyawan. Meskipun secara naluriah menarik untuk beranggapan bahwa rentang yang besar bisa menghasilkan kinerja karyawan yang lebih tinggi karena rentang yang besar memberi lebih benyak pengawasan jarak jauh dan lebih banyak peluang bagi inisiatif pribadi, penelitian itu tidak serta-merta mendukung pandangan ini. Karenanya, mustahil untuk menyatakan bahwa satu rentang kendali tertentu adalah yang terbaik untuk menghasilkan kinerja atau tingkat kepuasan yang tinggi diantara para karyawan. Lagi-lagi alasannya barangkali adalah perbedaan individual. Itu berarti, sebagian orang senang ditinggal sendiri, sementara yang lain lebih menyukai rasa aman dengan adanya seorang atasan setiap saat. Sejalan dengan teori-teori kemungkinan tentang kepemimpinan, kami berharap faktor-faktor seperti pengalaman dan kemampuan karyawan serta kadar struktur dalam tugas-tugas mereka menjelaskan kemungkinan kapan rentang kendali yang luas atau sempit memberikan kontribusi terhadap kinerja dan kepuasan kerja mereka. Nemun, ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa kepuasan kerja seorang manajer meningkat seiring bertambahnya jumlah karwayan yang ia supervisi.
            Kami menemukan bukti cukup kuat yang mengaitkan sentralisasi dengan kepuasan kerja. Secara umum, organisasi-organisasi yang tidak terlalu sentralistis menjalankan proses pengambilan keputusan yang parsitipatif. Bukti yang sama menunjukkan bahwa pengambilan keputusan secara paritipatif berhubungan positif dengan kepuasan kerja. Tetapi, lagi-lagi, perbedaan individu muncul. Hubungan desentralisasi-kepuasan paling kuat pada karyawan yang memiliki tingkat kepercayaan diri (self-esteem) yang rendah. Karena kurang yakin terhadap kemampuan mereka sendiri, individu-individu yang memiliki kepercayaan diri rendah lebih suka dan memilih cara pengambilan keputusan bersama, yang berarti bahwa mereka tidak bertanggung jawab sendirian atas hasil suatu keputusan.
            Satu pemahaman yang perlu Anda pegang sebelum kita meninggalkan topik ini: Orang tidak memilih di mana ia akan bekerja secara asal-asalan. Ada bukti bahwa orang tertarik dengan, dipilih oleh, dan bekerja di organisasi yang sesuai dengan karakter pribadi mereka. Calon-calon pekerja yang lebih menyukai rasa aman dan kepastian, misalnya, barangkali akan mencoba mencari dan menerima pekerjaan yang mekanistis, sementara mereka yang lebih menginginkan otonomi akan mencari struktur organik. Jadi, efek struktur terhadap perilaku karyawan tidak diragukan lagi berkurang ketika proses seleksi memudahkan kesesuaian karakteristik individu dengan karakteristik organisasi.











BAB III
KESIMPULAN
Tema dari pembahasan di atas adalah struktur internal sebuah organisasi memberikan kontribusi dalam menjelaskan dan memprediksi perilaku. Artinya, selain faktor-faktor individual dan kelompok, kaitan struktural di mana orang bekerja memiliki relevansi dengan sikap dan perilaku karyawan.
            Apa dasar bagi argumen bahwa struktur memiliki dampak terhadap sikap maupun perilaku? Hingga seberapa jauh struktur sebuah organisasi mampu mengurangi ambiguitas yang dirasakan karyawan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: “Apa yang mestinya saya lakukan?” “Bagaimana saya diharapkan melakukannya?” “Kepada siapa saya bertanggungjawab?” dan “Saya harus menemui siapa jika memiliki persoalan?” sedemikianlah struktur organisasi membentuk sikap mereka serta memudahkan dan memotivasi mereka ke tingkat kinerja yang lebih tinggi.
Text Box: Gambar 5. Strutur Organisasi : Faktor-faktor Penentu dan Hasilnya            Tentu, sampai tingkat tertentu, struktur juga dapat menghambat karyawan dan membatasi serta mengendalikan apa yang mereka lakukan. Sebagai contoh, organisasi yang sangat terstruktur dengan tingkat formalisasi dan spesialisasi yang tinggi. Kepatuhan yang ketat dan rantai komando, delegai wewenang yang terbatas, dan rentang kendali yang sempit membuat karyawan kurang memiliki otonomi. Pengendalian dalam organisasi-organisasi seperti ini ketat, dan perilaku akan cenderung seragam. Sebaliknya, organisasi-organisasi yang terstruktur dengan spesialisasi terbatas, tingkat formalisasi yang rendah, rentang kendali yang luas, dan semacamnya memberi karyawan kebebasan lebih besar dan, dengan demikian, Organization Chartakan dicirikan keragaman perilaku yang lebih besar.        





                                                                                                    dikaitkan
                                      Menentukan                                                              oleh
















            Ganbar 5 secara visual merangkum apa yang telah kita bahas dalam bab ini. Strategi, ukuran, teknologi, dan lingkungan menentukan jenis struktur yang akan dimiliki sebuah organisasi. Secara sederhana, kita dapat mengelompokkan desain struktural ke dalam satu atau dua model: mekanistis atau organik. Efek khusus dari desain struktural terhadap kinerja dan kepuasan dimoderasikan oleh perbedaan individual karyawan dan norma-norma kurtural.
            Satu hal terakhir: Para manajer perlu diingatkan bahwa variabel-variabel struktural seperti spesialisasi pekerjaan, rentang kendali, formalisasi, dan sentralisasi adalah ciri-ciri objektif yang dapat diukur oleh para peneliti organisasi. Berbagai temuan dan kesimpulan yang telah kita tarik dalam bab ini, sebenarnya, adalah hasil langsung dari karya para peneliti tersebut. Namun, karyawan tidak mengukur secara objektif ciri-ciri struktural ini. Mereka mengamati hal-hal yang ada disekitar mereka dengan cara yang tidak alamiah dan kemudian membentuk model implisit sendiri tentang struktur organisasi mereka. Berapa oarang yang mewawancarai mereka sebelum mereka mendapatkan pekerjaan itu? Berapa orang bekerja di divisi dan gedung mereka? Adakah manual kebijakan organisasi? Jika ada, apakah manual itu bisa diakses dengan mudah dan apakah orang-orang mentaatinya dengan cermat? Bagaimana organisasi dan manajemen puncaknya digambarkan di surat kabar dan terbitan berkala? N Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan semacam ini, bila dikombinasikan dengan pengalaman masa lalu karyawan dan komentar yang diberikan oleh rekan sejawat, membuat para anggota membentuk citra utuh yang subjektif mengenai struktur organisasi mereka. Namun, cerita ini mungkin sama sekali tidak m irip dengan karakteristik struktural objektif yang sebenarnya dari organisasi.

            Model implisit dari srtuktur organisasi (implicit models of organizational) ini tidak boleh diabaikan. Orang lebih cenderung menanggapi persepsi mereka sendiri daripada realitas objektif. Penelitain mengenai hubungan antara berbagai variabel struktural dan tingkat kinerja atau kepuasan kerja, misalnya, jauh dari konsisten. Kita mengetahui bahwa sebagian dari hal ini dikarenakan perbedaan-perbedaan individual. Namun, penyebab tambahan yang turut berkontribusi terhadap temuan-temuan yang tidak konsisten ini barangkali adalah beragamnya persepsi mengenai karakteristik objektif. Para peniliti biasanya berfokus pada tingkat-tingkat sebenarnya dari berbagai komponen struktural, tetapi ini mungkin tidak relevan jika orang-orang menafsirkan komponen-kompone yang serupa secara berbeda. Oleh karena itu, hasil akhirnya, adalah memahami bagaimana karyawan mwnafsirkan struktur organisasi mereka. Pemahaman itu akan menjadi “peramal” perilaku mereka yang lebih akurat daripada karakteristik objektif itu sendiri.

Posting Komentar

0 Komentar