Starbucks Experience
Aji Riwayanto & Wahyu Aji
Rumusan Masalah :
1. Bagaimana Starbucks menggapai seluruh
komunitas ?
2. Bagaimana Starbucks mendengarkan para
pekerja dan pelanggan secara individual ?
3. Bagaimana Starbucks merangkul peluang
pertumbuhan dalam setiap pasar ?
4. Bagaimana Starbucks menciptakan
pengalaman unik yang benar-benar memuaskan dan menguntungkan bagi semua orang
yang terlibat ?
ISI
PRINSIP 2
SEMUANYA PENTING
“ Kita sering
meremehkan kekuatan sentuhan, senyuman, kata-kata manis, telinga yang bersedia
mendengar, pujian tulus, atau perhatian yang paling kecil, semuanya punya
potensi untuk mengubah kehidupan.”
―LEO BUSCAGLIA
Howard Schultz gemar mengatakan bahwa
“bisnis ritel adalah tentang detail.” Kenyataannya―meskipun tak bisa berima seperti
bahasa Howard―semua bisnis adalah tentang detail. Ketika detail-detail terabaikan
atau terlewatkan, pelanggan yang paling sabar sekalipun bisa menjadi frustasi
dan kesalahan mahal bisa muncul. Sayangnya, hanya sebagian kecil pelanggan yang
tidak puas yang mau menyampaikan keluhan mereka langsung kepada manajemen.
Umumnya, mereka pergi begitu saja ke tempat lain, membelanjakan uang mereka di
toko-toko pesaing dan mengutarakan keluhan mereka pada semua anggota keluarga,
teman, dan kenalan mereka.
Para pemimpin Starbucks paham bahwa
kapal kesuksesan mereka bisa tenggelam jika mereka gagal menangani baik
komponen-komponen “bawah geladak” (faktor-faktor tak terlihat) maupun “atas
geladak” (terkait langsung dengan pelanggan) dalam pengalaman pelanggan. Apapun
alasannya, dalam dunia bisnis Semuanya Penting. Ketika Anda berpikir ada
sesuatu tidak penting.....bersiaplah untuk menanggung resikonya.
Perhatian terhadap Detail Dilakukan
dengan Perencanaan, Tidak Muncul Begitu Saja
Sebagian kesuksesan Starbucks dikaitkan dengan kemampuan luar
biasa para mitra dalam memperhatikan detail-detail terkecil yang sangat penting
bagi konsumen. Pendek kata, para pemimpin Starbucks peduli terhadap berbagai
hal seperti lingkungan fisik, mutu produk, perlunya penyusunan prioritas
produk, pentingnya reputasi perusahaan di dunia luar, dan bahkan budaya yang
menyenangkan. Secangkir kopi yang nikmat hanyalah sebagian dari formula
kesuksesan Starbucks.
Semuanya Penting :
Menciptakan Lingkungan untuk Starbucks Experience
Manajemen Starbucks paham bahwa keunggulan kompetitif lahir
bila semua pihak dalam perusahaan berpandangan bahwa pelanggan memperhatikan
segala hal. Buntutnya, para pemimpin Starbucks harus berjuang keras untuk
menerapkan strategi mereka dengan tepat- sampai pada biji kopi terakhir. Dan
mungkin tak kalah penting, pemimpin Starbucks telah bekerja tanpa kenal lelah
untuk menyempurnakan setiap aspek dari desain kedai, menjamin keseimbangan
antara fungsionalitas dengan suasana hangat dan bersahabat.
Sensasi Starbucks tidak hanya dihasilkan dari mutu produknya tetapi juga
dari seluruh atmosfir yang dirasakan ketika membeli dan menikmati kopi itu:
keterbukaan ruangan dikedainya,...papan menu yang menarik, bentuk
konternya,...kebersihan lantainya... Sebelum para penirunya tahu, Starbucks
telah lama sadar bahwa seni penjualan kopi jauh melampui sekadar fokus pada
produk. Detail-detail dari keseluruhan pengalaman memiliki peran
penting....Semuanya―mulai dari serbet sampai kantung
belanja, bagian depan kedai sampai kursi-kursi dekat jendela, laporan tahunan
sampai katalog, permukaan meja sampai teko―tampak mencerminkan... akar Starbucks yang asli dan organik.
Untuk mempertahankan hubungan
istimewa ini dengan pelanggan, pemimpin Starbucks terus mencari cara baru untuk
meningkatkan semua aspek dari lingkungan kedai mereka. Starbucks mulai
menyajikan musik di dalam kedai-kedainya sekadar untuk menciptakan suasana yang
nyaman. Mantan manajer kedai yang saat ini menjabat sebagai manajer program di
divisi Starbucks Hear Music, Timothy Jones, terdorong untuk membawa musik ke
level yang lebih tinggi. Ketimbang sekadar menjadi latar, musik menjelma
menjadi sebuah detail penting dalam menciptakan Starbucks Experience yang
benar-benar unik.
Manajer harus terus memosisikan diri
di pihak pelanggan memang segala sesuatunya dari sisi konter yang berbeda.
Sudut pandang ini telah membantu Starbucks meraih kemahsyurannya seperti saat
ini. Dengan kewaspadaan para pemimpin, setiap detail muncul bersamaan untuk
menghadirkan kesan yang tak terlupakan bagi jutaan orang yang datang ke kedai
Starbucks setiap harinya. Para pemimpin ini sadar meski telah memperhatikan
detail secara konsisten selama periode waktu yang panjang, mereka pada akhirnya
dinilai dari kemampuan mereka untuk menghadirkan semua detail secara bersamaan
pada masa kini dan masa datang. Kesalahan kecil apapun sering kali
menjatuhkan nama yang sudah besar.
Sementara prinsip pertama dalam
Starbucks Experience menitikberatkan pada bagaimana mitra di dorong untuk
“bersikap,” prinsip Semuanya Penting mencerminkan pentingnya proses dan
prosedur yang solid dalam pengoperasian kedai sehari-hari. Fokus operasional
ini memastikan konsistensi dari kunjungan pelanggan ke kedai-kedai Starbucks.
Pemimpin
Starbucks telah menyadari parameter-parameter pengendali mutu yang tegas akan
membuat para mitra merasa bebas untuk mencari cara baru dalam menyajikan
pengalaman-pengalaman yang luar biasa. Salah satu barista berkata: “ Saya sangat menyukai aturan yang mengharuskan salah satu
mitra untuk memeriksa kedai setiap 10 menit. Ini memberikan kami kesempatan
untuk keluar dari belakang konter dan
memastikan semuanya bersih serta teratur, dan kami menjadi lebih intim dengan
para pelanggan. Saya sedang melakukan hal ini ketika seorang pelanggan
menumpahkan segelas dopio-espresso. Saya mengambilnya seraya berkata, “Biar
saya buatkan yang baru”. Dia berkata, ‘Tidak usah repot-repot, lagipula itu
sudah hampir habis’. Saya bilang, “tidak repot kok, jadi saya akan membuatkan
minuman baru, gratis untuk Anda.” Laki-laki tersebut kagum ketika saya kembali
dengan minuman pengganti tersebut. Lalu dia mengatakan, ‘Sikap inilah yang
membuat saya membeli saham Starbucks.’ Di Starbukcs, pendekatan Semuanya
Penting tak hanya menghasilkan hubungan emosional yang kuat dengan konsumen,
tetapi juga mendorong mereka untuk berbagi kesuksesan dalam bisnis.
Rincian Menyatu ke
dalam “Perasaan Bawah Sadar” Tentang Bisnis
Kita sering tidak
bisa menggambarkan apa yang memicu kita untuk merasakan sesuatu, tetapi kita
tahu “reaksi emosional umum” kita. Seorang psikolog, Dr. Eugene Gendlin,
menciptakan istilah perasaan bawah sadar (felt sense), dalam buku
larisnya yang berjudul Experience and
Creation of Meaning, untuk menggambarkan respons-respons emosional umum
ini. Perasaan bawah sadar adalah hasil dari ribuan detail kecil yang bersemayam
di suatu tempat dalam alam bawah sadar kita. Contohnya, tanpa bermasuk
menyempitkan pembicaraan, kata es krim
cenderung memberikan perasaan bawah sadar yang berbeda sama sekali dengan kata cuka.
Dalam hal Starbucks, kelompok yang
besar dan terdiri dari bermacam-macam orang―seperti para pelanggan dan mitra―sering memiliki perasaan bawah sadar
yang sama tentang merek dan kedai. Secara konsisten, orang merasakan
kehangatan, kenyamanan, dan kesenangan di Starbucks. Sebagian besar orang-orang
ini mungkin tidak peduli pada apa yang menyebabkan ‘reaksi mendalam’ mereka
tetapi yang lain mencari detail-detail yang memicu respons positif mereka.
Baik itu kemewahan yang terjangkau
atau respons emosional lainya, individualitas para pelanggan menggiring mereka
menuju aspek khusus dari lingkungan bisnis. Salah satu pelanggan bercerita
bahwa dia sangat suka dengan cara Starbucks menawarinya perubahan suasana yang
positif. “Starbucks bukan tempat yang sepi, karena itulah saya datang kesini.
Jika saya ingin menyendiri, saya akan tinggal di apartemen saya. Saya suka
musiknya, saya senang keramaiannya, dan saya suka suasananya―orang-orang berbincang, suara mesin
kopinya, pemilihan lagu yang mereka mainkan. Saya bahkan tidak melihat begitu
banyak perbedaan antarkedai Starbucks.”
Perbedaan-perbedaan
yang di maksud pelanggan tersebut mencerminkan pilihan yang diambil pemimpin
Starbucks untuk secara sadar meleburkan unsur-unsur lingkungan yang konsisten
dalam rancangan kedainya dengan nuansa-nuansa berbasis masyarakat. Seperti
disebutkan dalam buku Strategi
management: Concept and Case,
Manajemen Starbucks memandang setiap kedai sebagai papan iklan bagi
perusahaan dan sebagai kontributor dalam membangun merek dan citra perusahaan.
Tiap detail diperhatikan dengan cermat untuk memperkuat suasana kedai,
memastikan semuanya berkesan “kelas terbaik” dan mecerminkan karakter komunitas
dan lingkungan sekitarnya. Kata kuncinya adalah “Semuanya Penting.” Perusahaan telah menempuh langkah panjang
dalam memastikan perabotan kedai, pemajangan merchandise, warna, sentuhan seni, spanduk, musik, dan
aroma yang semuanya dipadukan untuk menghasilkan lingkungan yang konsisten,
mengundang, dan menggugah yang dapat membangkitkan romantika kopi, yang
mencerminkan gairah perusahaan terhadap kopi, dan menghadiahi pelanggan dengan
perayaan, cerita, dan kejutan. Kepekaan Starbucks terhadap konservasi
lingkungan di akui dengan dianugerahi penghargaan Scenic Amerika untuk desain
yang sempurna dan “penggunaan ulang yang sensitif terhadap ruang-riang dalam
kota.”
Hanya untuk
menunjukkan pentingnya lingkungan, salah seorang pelanggan mengatakan,
“Starbucks tetap bisa beroperasi dengan baik tanpa menjual kopi. Mereka bisa
menarik tiket masuk dan tak perlu manawarkan apapun kecuali sebuah ruangan yang
dihiasi dengan lantunan musik Bob Marley yang syahdu, dan orang-orang akan
tetap datang. Starbucks memahami dengan baik ceruk pasar yang mereka isi.
“Bahkan bila pelanggan tidak memperhatikan detail, detail-detail itu―baik dikelola dengan baik atau
terabaikan― memberikan
kesan yang mendalam tentang perusahaan pada pelanggan. Pemimpin-pemimpin yang
hebat mencari cara untuk dapat memaksimalkan perasaan bawah sadar yang
dihasilkan bisnis mereka. Untuk melakukannya, para pemimpin ini membantu para
karyawannya dalam memperhatikan detail-detail kecil tetapi berarti berdampak
positif terhadap cara orang-orang memandang mereka.
Tak Ada Jalan Pintas
Untuk Mutu
Dari sudut pandang manajemen
Starbucks, beberapa hal memiliki dampak yang lebih besar terhadap reputasi
bisnis, lebih dari sekadar berkoar-koar tentang pendekatan Semuanya Penting
terhadap mutu. Sementara manajer-manajer di beberapa perusahaan lain berpikir
bahwa mereka dapat mengambil jalan pintas tanpa mencederai merek atau reputasi
perusahaan mereka, khususnya dalam hal-hal yang tidak terlihat (bawah geladak),
mereka salah.
Sederhananya,
sebagian besar jalan pintas akan menyulut masalah. Hal ini dapat di gambarkan
dari kisah seorang pria kaya yang meminta tukangnya agar tidak usah
tanggung-tanggung mengeluarkan biaya dalam membangun rumahnya. Karena pria
tersebut keluar kota sementara rumahnya sedang dibangun, si tukang berpikir
bisa membangun dengan bahan-bahan kelas rendah kemudian ditutupi dengan
sentuhan akhir yang istimewa. Lalu dia bisa meminta bayaran sesuai dengan
tampilan rumah tersebut. Ketika pemiliknya kembali, dia terkesan dengan
keindahan rumah tersebut sampai-sampai berkata kepada tukangnya, “rumah ini
terlalu bagus untuk saya. Ini, kamu ambil saja kuncinya.”
Tidak
ada bahan-bahan kelas rendah yang ditutup-tutupi di Starbucks. Sebaliknya,
Starbucks adalah contoh perusahaan yang berhasil meraih kesuksesan luar biasa
dengan tidak mengompromikan kualitas.
Manajemen Starbucks benar-benar memperhatikan kualitas produk yang diberikan
perusahaan, menanamkan gairah akan kesempurnaan dengan menempatkan mutu di
posisi utama dalam pernyataan misi perusahaan. Pernyataan itu menegaskan bahwa
mitra Starbucks akan “menerapkan standar tertinggi kesempurnaan dalam hal
pembelian, pengolahan, dan pengiriman kopi.”
Untuk itu, para
pemimpin Starbucks melakukan apa yang perlu dilakukan untuk memenuhi atau
melampaui standar mutunya, bahkan jika ini berarti harus meninggalkan “cara
lama” dalam melakukan sesuatu. Para pemimpin tanpa henti melakukan penelitian
dan pengembangan terhadap sistem dan teknologi untuk meningkatkan konsistensi
dalam proses pengolahan dan kesegaran kopi. Komitmen terhadap inovasi dalam
layanan mutu produk telah berdampak signifikan terhadap kemampuan kopi
Starbucks untuk menjangkau basis pelanggan yang lebih luas dan masuk ke pasar
nasional serta internasional.
Detail memiliki arti
penting, mulai katub 7 cm sampai dengan mitra yang penuh gairah dan inovatif di
bagian pengolahan. Dengan berfokus pada mutu, inovasi, dan aspek terkecil dalam
bisnis, Starbucks adalah contoh mengenai bagaimana merek yang bertahan lama
dapat muncul, tidak hanya melalui manajemen di tingkat makro (strategis),
tetapi juga manajemen di tingkat mikro (operasional). Ketika pemimpin-pemimpin
sukses lebih banyak menghabiskan waktunya untuk mencari kesempatan strategis
yang besar, mereka tidak boleh mengabaikan sistem dan pelatihan yang diperlukan
untuk menjamin mutu dari semua aspek produk, layanan, dan proses yang
ditawarkan perusahaan.
Memprioritaskan Tujuan dan
Mempertahankannya di Hadapan Karyawan
Anda
Meski segala hal yang telah
dibicarakan sejauh ini―faktor-faktor lingkungan dan mutu produk―mungkin
sudah di deteksi oleh banyak pemimpin perusahaan, masalah bisnis penting lainya
sering terabaikan. Seperti dijelaskan dalam Prinsip 1, pada pembahasan tentang
pentingnya berwawasan, program-program pelatihan sering kali dikorbankan.
Ketika ekonomi memburuk atau bisnis menemui hambatan besar, yang paling
terpukul adalah anggaran pendidikan dan
pelatihan. Pemecahan masalah keuangan jangka pendek ini sering membahayakan kesehatan
jangka panjang perusahaan. Sebaliknya, bagi pemimpin Starbucks program-program
pendidikan adalah hal penting demi masa depan bisnis.
Manajemen Starbucks terus
meningkatkan dan menyempurnakan sumber daya pelatihan, tidak hanya pada wawasan
produk dan level-level operasional, tetapi juga dalam bidang-bidang yang
memberikan kesempatan bagi mitra untuk turut memiliki perusahaan. Keitika tiba
saatnya menerapkan prinsip 1, “Lakukan dengan Cara Anda,” perilaku terasa hidup
dan dinamis, pengawas jam kerja, manajer-manajer kedai, dan manajer lainnya
turut berpartisipasi dalam proses yang dinamakan mengeksplorasi kisah pelanggan. Di tingkat kedai, mitra disuguhi
kutipan-kutipan dari komentar pelanggan dan selanjutnya diminta
mengidentifikasi sikap dari Green Apron
Book yang akan mereka pilih jika berada dalam situasi seperti itu.
Menciptakan Budaya Perusahaan yang
Menyenangkan
Permainan
papan untuk pelatihan! Itu hanya contoh lain mengenai bagaimana segala
sesuatunya penting di dalam budaya perusahaan yang dinamis. Pemimpin Starbucks
paham bahwa lingkungan yang positif dan menyenangkan menghasilkan anggota staf
yang vital dan peduli. Salah satu Direktur regional Starbucks menceritakan
pentingnya kebersamaan, kebahagian, dan bersenang-senang di kedai, yang pada
gilirannya dapat memberikan energi pada pelangaman pelanggan.
“Ketika saya keluar-masuk
kedai-kedai di daerah saya,” ujar sang Direktur, “saya berkesempatan bertemu
dengan banyak mitra yang berbeda. Saya berusaha membuat suasana yang
menyenangkan dan menggembirakan saat membersihkan toilet dan saluran air serta
melakukan semua yang mereka lakukan setiap hari. Jika saya bisa melakukan
sesuatu yang berbeda untuk mereka ketika saya disana dan melakukannya dengan
cara yang menyenangkan, mereka akan datang keesokan harinya dan memberikan
pelayanan yang sama kepada pelanggan kami.” Sedikit banyak, menciptakan
pengalaman bagi karyawan sama pentingnya menciptakan pengalaman bagi pelanggan.
Dengan memfasilitasi tempat kerja yang menyenangkan, tim kerja akan tetap loyal
dan termotivasi untuk melakukan yang terbaik.
PRINSIP 3
SURPRISE AND DELIGHT
“Saya tidur dan
bermimpi bahwa hidup penuh dengan kebahagian. Saya terbangun dan sadar bahwa
hidup penuh dengan pelayanan. Saya bersikap dan yakin, pelayanan adalah
kebahagiaan.”
―RABINDRANATH TAGORE
Pemimpin Starbucks telah membuat
komitmen yang kuat untuk menciptakan sebuah pengalaman Surprise dan Delight di
semua area bisnisnya. Manajemen Starbucks mencari cara-cara untuk
mengimplementasikan kesejahteraan subjektif pada pelanggan dan staf yang pada
gilirannya, menghasilkan dampak besar pada loyalitas, komunitas dan profit.
Dampak Harapan
Meski sedikit menyalahi kebiasaan, pemimpin sadar bahwa
pelanggan yang puas sekalipun ingin membeli sesuatu yang menawarkan kesenangan,
kecerian dan kegembiraan. Orang-orang menginginkan produksi yang lebih menarik
tapi tak perlu benar-benar lengkap. Pemimpin Starbucks memperlihatkan bagaimana
semua bisnis bisa memadukan antara sesuatu yang diharapkan dan tidak. Dalam
prosesnya, hal ini menunjukkan bahwa Anda bisa dan harus tetap setia pada
semangat dan nilai-nilai perusahaan Anda.
Ketika Bisnis “Melakukannya”
Umumnya pelanggan berharap perusahaan
mau merespon kebutuhan mereka ketika
mereka mengajukan permintaan rutin pada jam-jam bisnis normal. Namun, ketika
perusahaan menentang tradisi, ketika ia “Keluar Batas”, pelanggan sering
menerima pengalaman-pengalaman luar biasa. Jenis pendekatan non tradisionallah
yang mengejutkan Michael Cage saat dia harus begadang semalam menggarap sebuah
proyek. Seperti ditulisnya di blog “Marketing and Entrepreneurship”-nya,
pada pukul 5 pagi Michael memutuskan untuk keluar rumah dan beristirahat. Yang
pertama terlintas dalam pikirannya adalah membeli vanilla latte kegemarannya.
Dia masuk ke dalam mobilnya dan menuju Starbucks setempat sambil membayangkan
suguhan yang akan dinikmatinya.
“Saat melintasi kedai,”
jelasnya, “Saya merasakan sesuatu yang tidak beres; plangnya belum menyala, dan
lampu di dalam kedai juga belum dinyalakan. Saya menghentikan mobil dan menuju
pintu untuk melihat jam. Saat itu masih satu jam menjelang waktu buka, lantas
saya berbalik dan berjalan kembali ke mobil sembari berpikir bahwa minum
kopinya harus ditunda dulu... Kemudian terdengar suara kunci diputar, pintu
terbuka, dan salah satu barista langganan saya keluar serta bertanya
apakah saya mau minum sesuatu.” “Starbucks ‘melakukannya’,” ujar Michael.
Seperti
Michael, kejadian tak diharapkan yang paling positif adalah yang alami dan
spontan, bukan dibuat-buat atau dipaksakan.
Muncul kebutuhan dan tiba-tiba seseorang datang dan
memenuhinya. Anehnya, banyak keutuhan pelanggan yang tidak pernah dinyatakan
langsung, tetapi tidak perlu kemampuan paranormal untuk bisa
menebaknya. Hanya perlu keterbukaan dan perhatian. Kemampuan mengantisipasi
kejutan yang bisa dinikmati pelanggan
merupakan bagian dari budaya Starbucks yang berorientasi pada pada layanan.
Kejutan yang Tidak
Konvensional Sering Kali Menjadi yang Terbaik
Manajemen senior
Starbucks memahami salah satu hal terbaik dari kejutan adalah orisinalitasnya.
Anda bisa menemukan dimana-mana, yang memiliki manfaat lebih dengan memberikan Anda kesempatan untuk
menawarkannya kepada pelanggan yang ada, calon-calon pelanggan, dan bahkan
orang-orang yang tidak pernah berpikir untuk mengunjungi tempat bisnis Anda.
Kejutan bisa ada di mana pun Anda menjumpai orang, tidak hanya di tempat
di mana orang menemukan Anda.
“Kejutan berjalan” seperti itu juga memberikan kesempatan
untuk meraih apa yang oleh pakar manajemen, Peter Drucker, disebut “nonpelanggan”.
Sekelompok manajer wilayah menyelenggarakan sebuah uji rasa kopi yang meliputi
seluruh kota menurut salah satu manajer, “Kami menamainya istirahat minum kopi
satu kota. Kami menugasi 10 Ahli Kopi, para mitra yang memiliki sertifikat
berdasarkan wawasan yang mereka miliki mengenai kopi, proses pertumbuhannya,
pengolahan, dan seterusnya, untuk pergi ke stasiun kereta api dan menata
meja-meja. Kami menyuguhkan kopi gratis pada semua penumpang kereta―yang
masuk ataupun keluar kereta. Orang-orang benar-benar terkejut, dan itu juga
merupakan kesempatan besar bagi kami... Kami sedang merayakan kopi Fair Trade
Certified™. Starbucks adalah salah satu perusahaan pertama di Amerika Serikat
yang menawarkan produk ini."
Tujuan
utama dari aksi bagi-bagi gratis itu adalah untuk memberi kejutan dan
merayakannya. Hasilnya, para penumpang kereta disodori sebuah pengalaman
menye-nangkan yang tidak digunakan sebagai iklan agar mereka datang ke
kedai-kedai Star-bucks. Salah satu manajer distrik di acara tersebut
menjelaskan, “Kami tidak berusaha mempromosikan Starbucks. Kami hanya ingin
melakukan sesuatu yang menyenangkan, meski saya membayangkannya melalui proses
itu, beberapa orang mungkin saja menya-dari keterlibatan kami dengan kopi Fair
Trade Certified™, komitmen kami untuk
mendu-kung para petaninya, dan bahwa kami menangani masalah-masalah sosial
dengan serius.”
Pemimpin
Starbucks tidak hanya memberikan kejutan pada pelanggan dan calon
pelanggan, tetapi juga memperluasnya sampai kepada para mitra. Pada 2004,
misalnya, para mitra Starbucks (yang memenuhi
kriteria dasar, seperti telah bekerja selama 500 jam selama setahun) diberi
bonus liburan sebesar 250 dolar yang tak
diduga-duga. Salah seorang barista
bereaksi:
“Belum pernah saya kerja di sebuah perusahaan yang ber-gerak di industri
makanan atau layanan mau memberi bonus sebegitu
besarnya pegawai level rendah. Yang sadar
kalau bonus itu tidak selayaknya jatuh ke
tangan manajer kedai dan level di atasnva justru
pada barista dan pengawas jam kerja. Mereka adalah orang-orang yang bekerja keras setiap hari untuk
membuat latte
bagi masyarakat.”
Ketika para
pemimpin cukup peduli untuk memberikan stafnya kejutan, moral pegawai membubung
tinggi, dan tumbuhlah suri tauladan yang penting. Para pegawai tidak hanya
Iebih bersemangat untuk melibatkan dirinya dalam pekerjaan, tetapi mereka juga
menjadi lebih berenergi. Energi tersebut menular. dan orang-orang di dalam atau
di luar perusahaan memperoleh keuntungan dari antusiasme tersebut.
Kesenangan dari
Sumber-Sumber yang Tak Terduga
Salah satu hal yang
menakjubkan tentang kejutan adalah dampaknya yang bisa sangat luas. Ketika
sebuah budaya bisnis merangkul pentingnya menciptakan kebahagiaan, maka
lahirlah semangat untuk menyenangkan orang lain. Anggota-anggota staf tidak
hanya memberi kejutan pada pelanggan, tetapi mereka juga melakukannya terhadap
satu sama lain. Rekan-rekan kerja Bernadette Robinson, seorang barista Starbucks di Chicago,
Illinois, mampu menyuguhkan kejutan yang bisa mengubah hidup ketika mereka
meminta bantuan dari salah satu selebritis terkenal dunia.
Bernadette
adalah seorang orang tua tunggal dengan tiga anak yang keluarga-nya harus
menjadi berlipat tiga ketika dia menyelamatkan enam keponakannya, yang akan
diasuh negara. Rekan-rekan kerjanya tahu betapa besar hati Bernadette dan
betapa kecil apartemennya, jadi mereka menyelanggarakan kampanye besar-besaran untuk menarik perhatian
produser acara TV Oprah Winfrey. Tanpa sepengetahuan Bernadette, mitra-mitra
lain di kedai berusaha semampu mereka supaya Oprah mau membantu kolega mereka.
Dengan agresifnya, mereka membombardir Oprah dengan permohonan atas nama
Bernadette. Akhirnya, Oprah mengejutkan Bernadette dengan muncul ke konter
Starbucks di mana Bernadette bertugas. Untuk merespons permintaan kolega
Bernadette, Oprah mengajak semua anak di bawah asuhan Bernadette untuk
berbelanja dan, yang paling penting, sebuah rumah baru lengkap dengan
perabotannya diberikan untuk Bernadette dan keluarganya.
Di dalam budaya
seperti Starbucks, di mana pemimpin memberi kejutan pada anggota staf dan
begitu pula sebaliknya, tidak heran kalau kolega Bernadette berusaha mencari
jalan positif untuk memberinya kejutan. Namun, yang sering kali tidak
diperhatikan adalah kemampuan energi dinamis ini dalam mengaktifkan para
pelanggan untuk saling memberi kejutan satu sama lain.
Menyenangkan Pelanggan
Anda
Konon, hanya ada dua hal
yang pasti di dunia ini, yaitu ajal dan pajak. Tidakkah hebat bila
mutu dan pengalaman yang konsisten juga bisa
menjadi hal yang pasti? Karena konsistensi adalah barang langka dan berharga,
perusahaan perusahaan yang mengu-asainya pada akhirnya akan maju pesat.
Sesuatu
yang bisa diprediksi menghasilkan kesenangan pelanggan. Orang-orang senang
kalau mereka tahu bahwa sebuah
purusahaan akan menyajikan apa yang dijanji-kan. Dan meski ada kesalahan, seorang pegawai atau manajer masih bisa menyenang-kan pelanggan dengan berusaha lebih
keras untuk memperbaiki keadaan. Kesenangan adalah
hasil dari komitmen yang teguh untuk
menciptakan hubungan pelanggan yang nyaman dan
bisa dipercaya.
Menciptakan Familiaritas:
Keterprediksian dalam Produk
Bisnis-bisnis besar
menyuguhkan sebuah produk bermutu dengan cara yang bisa diprediksi.
Eksekutif Starbucks, Martin Coles paham betul akan pentingnya konsistensi. Dia
menegaskan, “Apa yang sebenarnya kami inginkan adalah Anda membawa Starbucks Experience pribadi Anda sesuatu yang kami sebut ‘Starbucks Experience Saya’ ketika Anda bepergian, dan menyimpan sebagian besar pengalaman
tersebut ke mana pun Anda pergi. Yang melayani Anda
bukan mitra yang sama, tapi bila pengalaman secara
keseluruhan serupa, Anda akan memperoleh hubungan yang mendalam itu bersama
Starbucks. Anda bisa membawa pulang sebagian kecil pengalaman tersebut dan
mendapatkan kesenangan serta kenyamanan di dalamnya.
Konsistensi
inilah yang diperhatikan oleh pelanggan setia dari kota ke kota dan negara ke
negara. Salah satu pelanggan Starbucks yang seperti itu adalah Paul Viapiano,
seorang musisi yang berkeliling dunia bersama Los Angeles Philharmonic dan
Hollywood Bowl Orchestra. Seperti dijelaskan Paul, “Starbucks benar-benar
konsisten di mana pun Anda pergi di permukaan bumi ini. Saya telah mengunjungi
Starbucks di Edinburgh, London, Tokyo... dan mereka semua hebat. Starbucks
adalah sahabat terbaik para pelancong.”
Konsistensi
mendatangkan kepercayaan pelanggan. Konsumen menjadi stabil ketika mereka tahu
bahwa mereka bisa yakin akan mendapatkan pengalaman yang bisa diandal-kan. Bagi
seorang pelanggan, Starbucks memberikan kekuatan penstabilisasi yang
diperlu-kannya untuk melewati saat-saat sulit. Seperti diterangkannya,
Baru-baru ini saya harus melakukan perjalanan
mendadak ke Houston untuk mengunjungi ayah saya, yang mengalami gangguan
jantung saat berada dalam sebuah perjalanan bisnis dan harus masuk ke rumah
sakit. Saat-saat dipesawat terbang sangatlah melelahkan, Ketika sampai di rumah
sakit dan melihat ayah saya mulai pulih. hal berikutnya yang ada di benak saya
adalah Starbucks. Tak bisa dikatakan betapa melegakannya bisa merasa seperti di
rumah ketika sedang dalam perjalanan jauh
Konsistensi
sangat krusial untuk meraih sukses di dunia yang sulit diprcdiksi. Dengan
adanya interupsi, telepon yang mengganggu, dan batas waktu yang tak
diduga-duga, sebagian besar orang mencari tempat berlindung yang akrab dan
nyaman. Banyak orang yang menemukannya pada secangkir kopi Starbucks di pagi
hari; beberapa orang lebih suka membaca karya-karya pengarang favorit;
sementara lainnya meluangkan beberapa menit untuk menyepi sebelum tidur.
Orang-orang menjadi percaya bahwa sumber-sumber kesenangan ini bisa diandalkan,
baik dengan kesederhanaannya atau kekonsistenannya.
Menciptakan
Keterprediksian dalam Pengalaman
Sulit untuk mendapatkan
keterprediksian. Kita semua tahu bahwa sulit sekali mendapatkan layanan yang
sama dari orang yang sama dalam dua hari berturut-turut. Bayangkan tantangan
yang dihadapi Starbucks. Pemimpin berusaha memastikan produk dan layanan yang
konsisten setiap harinya di ribuan kedai di seluruh dunia. Starbucks paham bahwa memiliki pengalaman
bermutu tinggi yang bisa diprediksi adalah tenaga penggerak di balik loyalitas
pelanggan yang sangat tinggi. Karena alasan inilah, prioritas tertinggi
diduduki oleh penciptaan layanan yang berkesan, di mana pelanggan diperlakukan
dengan cara-cara yang dapat menyenangkan mereka.
Semua mitra diinstruksikan tentang pentingnya ‘menyenangkan pelanggan’, ter-utama para mitra yang memilik interaksi
paling langsung dengan pelanggan. Seorang barista menjelaskan, “saya tahu kalau fokus utama Starbucks
adalah layanan legendaris. Tidak hanya hebat, tetapi
legendaris. Lokasi kedai saya bekerja bukanlah tempat yang nyaman, jadi standar
layanan kamilah yang menjadi alasan mengapa kami memiliki banyak pelanggan yang tetap. Kami juga berusaha sebaik mungkin untuk meyakinkan pelanggan baru supaya
tidak ragu mencoba apa yang kami punya,
dan bahwa kami akan melakukan apa saja untuk menyesuaikan minuman dengan selera
mereka, atau menggantinya, bila mereka tidak suka. Banyak kedai kopi lain yang saya kunjungi, dan
sungguh tempat saya kerja dulu dijalankan oleh mahasiswa – mahasiswa yang tidak
menarik. Jadi masuk Starbucks, sebagai pelanggan dan pegawai, adalah hal yang
melegakan saya”.
Menyenangkan Pelanggan
Meski Ada Masalah
Kesalahan bisa terjadi.
Dalam bisnis, biasanya yang paling penting adalah cara perusahaan dan stafnya
merespons ketika menghadapi suatu masalah. Perusahaan sering berharap kalau
sebuah kesalahan bisa diperbaiki dengan cara yang juga bisa menyelamatkan hubungan dengan pelanggan.
Tetapi, bagaimana kalau kesalahan ternyata bermuara dari pemecahan masalah yang
benar-benar menyenangkan!
Pemimpin
Starbucks paham bahwa pelanggan yang tidak bahagia mencerminkan peluang untuk
memperbaiki pengalaman. Gregg Johnson, senior vice president of Emerging
Business, menjelaskan, “Meski kita tidak selalu memiliki kesempatan kedua
dengan pelang-gan, kadang kala orang-orang memberi tahu bagaimana caranya untuk dapat membuat pengalaman mereka lebih baik. Ketika anugerah itu disodorkan, kita harus meraihnya. Dengan meneliti ketidakpuasan seorang pelanggan,
kita tak hanya punya kesempatan untuk mendapatkan kembali kepercayaan pelanggan
tetapi juga bisa berarti lebih luas, yaitu mem-perbaiki sebuah proses yang juga
akan mempengaruhi pelanggan lain.”
Misalnya,
Starbucks mendorong semua mitra untuk berbuat semampunya dalam menyenangkan pelanggan ketika kebutuhan mereka yang sebenarnya tidak terpenuhi.
Seorang pelanggan melaporkan, “Saya pergi ke Starbucks dekat kantor untuk membeli grande white chocolate mocha. Seorang
pegawai mengatakan bahwa coklat putihnya habis. Dia bertanya apakah saya mau
memesan yang lain. Saya meminta moka biasa, dan coba tebak? Dia bilang
saya tidak perlu bayar minuman tersebut karena minuman yang saya inginkan tidak ada. Saya
bilang itu adalah layanan pelanggan yang hebat. Sebenarnya saya tidak ada masalah
meski tanpa minuman gratis tersebut, tapi dengan melakukan hal ini,
Starbucks akan mendapatkan pelanggan tetap yang terus menyebar pujian tentang perusahaan tersebut.”
Terkadang, anggota staf tidak tahu apa yang
harus di-lakukan untuk membantu se-orang pelanggan, karena gerak mereka
dibatasi. Seorang pelanggan yang telah membeli se-buah French Press bermutu
dari Starbucks datang ke kedai setempat berharap dia bisa mem-beli suku cadang
pengganti yang dibutuhkannya. Si barista sadar kalau dia tidak akan bisa
memenuhi permintaan si pelanggan dan dia harus membeli French Press baru.
Setelah awal-nya sedikit berselisih untuk memecahkan masalahnya, si barista meminta
si pelanggan untuk bersabar sementara dia mencari solusi alternatif.
Kemungkinan keterprediksian, konsistensi, ritual,
rutinitas, komunitas, dan perbaikan layanan adalah hal-hal kunci. Bila Anda
berhasil menyenangkan setiap orang di tempat kerja, Anda akan menjadi
perusahaan yang dicintai, dan dalam proses tersebut, pelanggan Anda akan
mendapatkan hadiah yang menarik.
PRINSIP 4
TERBUKA TERHADAP KRITIK
“jangan keberatan di kritik. Jika
tidak benar, abaikan saja; jika tidak adil, jangan tersinggung; jika tidak
beralasan, tersenyumlah; jika terbukti,
itu bukan kritik—pelajarilah.”
―PENULIS TIDAK DIKETAHUI
Penyair Jerman Heinrich
Heine pernah menulis bahwa seseorang "hanya biaa mengambil manfaat dari
pujian" ketika dia "menghargai kritik". Menghargai kritik adalah
salah satu bagian utama dari teka-teki Starbucks, dan itu berperan penting
dalam kiat Terbuka terhadap Kritik yang menjadi bagian terpenting dalam bab
ini. Terbuka terhadap kritik melibatkan seperangkat keahlian kompleks yang
membuat bisnis dan individu menciptakan peluang bisnis dan membangun hubungan
ketika mereka di hadapkan, pada keraguan, gangguan, atau kecurigaan.
Prinsip ini
menuntut pemimpin untuk mampu membedakan antara pelanggan yang menginginkan
masalahnya segera diselesaikan dengan pelanggan yang tidak akan pernah puas
atau berhenti mengeluh. Terbuka terhadap kritik memerlukan kemampuan yang lebih
dari sekadar menenangkan masyarakat atau sekelompok orang yang bersikap
menentang. Hal ini berfokus pada belajar dari individu yang tidak selalu mudah
didengarkan.
Namun,
fenomena seperti Starbucks sekalipun, dengan banyak pelanggan setia, dapat
memiliki kelemahan ketika tingkat pelayanannya kehilangan konsistensi. Dan
biasanya bukan hanya satu kejadian dramatis yang melemahkan merek
tersebut. Sering kali, hal tersebut
merupakan erosi bertahap yang biasanya muncul dalam bentuk masalah sementara
atau "masalah awal". Terlalu sering. terdapat
"pengecualian" terhadap mutu yang agak menurun pada akhirnya menjadi
kebiasaan. Fasilitasnya masih terlihat sama, tetapi pengalaman pelanggannya
melenceng.
Di banyak
perusahaan besar, publikasi negatif seperti itu mungkin akan dianggap sebagai
pendapat seorang jurnalis yang sedang marah atau akan didebat oleh pemimpin
yang tidak bersedia ikut serta dalam usaha pengenalan diri sendiri yang terbuka
dan jujur. Pemimpin perusahaan lainnya mungkin akan menetralkan pemberitaan
buruk tersebut dengan menarik perhatian pelanggan menggunakan promosi atau
muslihat lainnya.
Pada
tingkat perusahaan dan perorangan, manajer Starbucks telah menemukan cara untuk
melihat pelajaran yang bisa mereka ambil dari orang-orang yang meragukan
mereka. Dengan tidak hanya menanggapi masalah, tetapi juga mengundang
pengkritik dalam sebuah diskusi pemecahan masalah, para eksekutif Starbucks
mengembangkan solusi yang lebih baik untuk masalah bisnis dan sosial. Proses
ini juga mendapatkan komitmen dari orang-orang yang telah mengkritik mereka.
Selangkah
lebih jauh, pemimpin Starbucks telah belajar untuk melacak masalah yang timbul
dan area-area yang rawan kritikan serta menceburkan sumber daya pada area-area
tersebut sejak dini dan secara proaktif.
Bila dibutuhkan, Starbucks bekerja dengan tekun untuk memperbaiki
persepsi yang salah. Ketika kesalahan terjadi, pemimpin mengerti akan
pentingnya melaksanakan tanggung jawab dengan cepat dan tegas, serta menindaklanjuti-nya
dengan langkah perbaikan. Apa yang tidak membunuh bisnis akan membuat mereka
lebih kuat, namun hanya jika pemimpin memperhatikan pelajaran yang mereka
dapatkan.
Penolakan Makro
Tak ada
satu hal pun di dunia ini yang tumbuh tanpa melewati rintangan. Benih harus
menghadapi kerasnya kerak bumi. Pohon diterjang oleh angin. Hewan akan
berhadapan dengan hewan lain. Bisnis dan orang-orang, terutama mereka yang
tumbuh dan berkembang pesat, akan menghadapi perlawanan dinamika pasar dan
kekuatan sosial. Starbucks telah
berkembang pada tingkat kecepatan yang hampir tidak ada bandingannya.
Pertumbuhan itu, dipadukan dengan akses publiknya yang terbuka, telah membuat
pemimpinnya berhadapan langsung dengan banyak perlawanan dan sering kali
memosisikan perusahaan ini di tengah-tengah banyaknya tantangan sosial.
Meskipun Starbucks hanya membeli
sekitar 4 persen dari seluruh kopi yang dijual di dunia, perusahaan ini
biasanya jauh lebih diperhatikan masyarakat ketimbang pembeli lebih besar lainnya yang menjual produknya ke
supermarket. Keetika isu mengenai komitmen pembelian kopi ‘Fair Trade
Certified™ muncul ke permukaan, acara berita malam menampilkan protes yang
terjadi di depan sebuah kedai Starbucks. Sebernarnya, pembeli komoditas dan
nonkomoditas praktik perdagangan internasional dibandingkan Starbucks, namun
perusahaan-perusahaan tersebut jarang menghadapi tudingan kasar dari sorotan
media. Meskipun Starbucks memimpn industri ini dalam usahanya menciptakan
perubahan yang positif bagi petani, perusahaan ini jarang sekali mendapat
penghargaan sebagai salah satu pengolah dan penjual kopi Fair Trade Certified™
terbesar di Amerika Utara atau sebagai satu-satunya perusahaan resmi yang
menjual kopi Fair Trade Certified™ di 21 negara.
Di lingkungan bisnis, dimana
pemimpin perusahaan mengawasi setiap pesan yang keluar berkaitan dengan
produk—dan kadang mengancam akan melakukan tindakan hukum ketika orang luar
bermain-main dengan citra mereka―eksekutif Starbucks justru berhasil membangun
mereknya dengan menciptakan pendekatan yang lebih santai.
Untuk beberapa masalah, yang
dibutuhkan hanyalah mendengarkan. Hal ini menyediakan ruang untuk kometar dan
diskusi yang membangun. Jenis penolakan lainnya memrlukan tindakan langsung.
Pemimpin yang hebat tahu bahwa mendengarkan saja tidak cukup.
Pemimpin yang berhasil tidak
bersembunyi dari tantangan yang sulit. Mereka menangani masalah yang rumit dan
kontroversial dengan kesediaan yang memanfaatkan permasalahan yang diangkat
komentator dan lawan. Pada akhirnya, mereka mengambil tindakan yang tak hanya
meredam kritik, tetapi terkadang juga mengubah kritik menjadi kemenangan perusahaan.
Adil atau tidak adil, kritik tentang
perusahaan bisa saja muncul dari faktor-faktor di luar kontrol bisnis,
menghadirkan tantangan unik bagi pemimpin saat harus menghadapi ketegangan dan
keengganan. Sebagai ikon bisnis Amerika, Starbucks telah banyak menjumpai pihak
penentang yang takut akan globalisasi atau yang memiliki sentimen negatif
terhadap kebijakan luar negeri Amerika.
Jangan Berusaha Mengalahkan Mereka;
Bersahabatlah dengan Mereka
Kritikan terhadap sebuah perusahaan
atau produk sering kali di akibatkan langsung o;eh kurangnya informasi mengenai
perusahaan dan produk tersebut dan pelayanannya. Mitra Starbucks pada awalnya
mengalami kesulitan menembus pasar jepang; karena mereka membawa budaya minum
kopi ke dalam masyarakat peminum teh kuno. Sebagaimana dilaporkan seorang
pemilik jaringan kedai kopi menuliskan bahwa peminum kopi di kebudayaan Asia
sering kali “menghabiskan waktu lima menit untuk mengaduk-aduk Nescafe dalam
secangkir air panas dan itu yang mereka sebut kopi. Sangat sedikit orang yang
tahu bahwa kopi berasal dari biji.”
Agar
sukses, Starbucks harus membedakan mutu kopinya dari mutu kopi-kopi lain yang
sebelumnya telah di konsumsi oleh pelanggan di Jepang. Pihak manajemen
melakukan hal ini, dalam skala besar, dengan memberikan pendidikan pada peminum
kopi di Jepang mengenai perbedaan antara kopi kaleng atau instan dengan kopi
istimewa dan beraroma. Pemimpin Starbucks menjelaskan perbedaan dasar mutu
kopi, dari jenis biji sampai empat hal dasar dari secangkir kopi yang nikmat
(ukuran, penggilingan, air, dan kesegaran). Pendekatan edukasional ini
berkumandang dalam kebudayaan yang sangat menghargai informasi.
Intinya,
pemimpin berencana untuk mengajarkan konsumen tentang perbedaan penting antara
kopi yang biasa tersedia dengan kopi bermutu tinggi yang dapat di tawarkan
Starbucks. Melalui pembelajaran, pemimpin Starbucks mengambil penolakan awal
pasar, yang di sebabkan oleh kurangnya penjelasan tentang kopi istimewa, dan
mengubahnya menjadi pasar kopi Jepang yang canggih dan semakin berkembang.
Jika
pasar di Asia membutuhkan pendidikan unuk mengatasi penolakan, Starbucks
menghadapi konsumen kopi yang sangat modern saat membuka kedai di Prancis.
Direktur Marketing di Prancis,
mengatakan, “Starbucks menawarkan pengalaman minum kopi yang baru dan berbeda.
Pelanggan kami mungkin tidak mengetahui konsep memesan dan membayar sebelum
mereka menikmati minumannya, atau bahkan memberikan nama depan mereka kepada barista yang mencata pesanan mereka.
Tetapi sering waktu, pelanggan setia di Prancis mulai menerima hubungan
antarmanusia yang istimewa ini dan sering mengatakan bahwa interaksi pribadi
dengan para pegawai adalah sentuhan yang sangat menyenangkan, ini juga sangat
unik bagi kami di Starbucks.”
Supaya
diterima, pemimpin Starbucks menyediakan makanan yang sesuai dengan selera
masyarakat lokal, menambahkan kue-kue Prancis termasuk croissants, paints au chocolat, dan pains aux raisins. Semua makanan ini adalah makanan organik dan di
buat oleh pembuat kue lokal. Manajer tersebut menambahkan, “Kami tahu bahwa
semakin banyak pelanggan Prancis yang menerima Starbucks Experience ini di
Paris. Kopi luar biasa, pelayanan bersahabat, dan lingkungan tempat ketiga unik
yang menarik lebih banyak pelanggan baru setiap kali membuka kedai baru. Kami benar-benar
senang saat masyarakat setempat di sekitar kedai kami dengan cepat menjadikan
Starbucks Experience sebagai bagian dari ritual keseharian mereka.” Frank
Boosman, seorang konsultan pemasaran strategis dan pemilik sebuah blog, menyebutkan, “Sembari menikmati
budaya kafe Paris, saya tahu kalau saya bisa manambahkan susu dengan kopi
Starbucks saya. Saya tahu mereka dapat membuat hampir semua minuman mereka
tanpa kafein. Saya tahu tidak ada seorang pun yang merokok di dalam kafe. Jadi
ya, saya akan mengunjungi Starbucks di Paris.”
Manajer
harus mengantisipasi halangan apa pun, sembari mengawasi masalah yang telah
menjakiti perusahaan sejak dulu. Dari sudut pandang pemimpin Starbucks, terbuka
terhadap kritik berarti tidak hanya merespons kekuatan yang datang dari
belakang, tetapi juga memandang ke masa depan, mencari solusi dan sekaligus
masalah atau area konflik yang mungkin muncul.
Hati-Hati dengan Kata Tidak
Salah satu penolakan tersulit yang
dihadapi semua bisnis datang dari orang-orang yang berkata, “Ini tidak bisa di
lakukan.” Banyak orang tergesa-gesa menganggap ide Anda tidak mungkin berhasil
atau akan merugikan bisnis Anda. Daripada mempercayai keragu-raguan mereka,
pemimpin Starbucks malah balik bertanya, “Mengapa tidak?”
Jika
jawaban yang diterima Starbucks masuk akal, misalnya sebuah produk tertentu
terlalu menyimpang dari bisnis utama perusahaan atau harus mengorbankan mutu,
pemimpin Starbucks akam menerimanya dan melanjutkan bisnis. Namun jika hanya
masalah “itu belum pernah dicoba sebelumnya” eksekutif Starbucks akan mencari
cara untuk mengeksplorasi prospek kemungkinan tersebut. Contohnya, ketika
pemimpin Starbucks mempertimbangkan produk musik, orang-orang sinis mencemooh
gagasan tersebut dengan komentar seperti, “Musik tidak akan menjadi secangkir
kopi Starbucks” atau hal ini “ membuktikan
satu lagi usaha sia-sia untuk menjual sesuatu yang lain dengan merek
Starbucks.”
Dunia
ini penuh dengan orang-orang yang berkomentar bahwa Anda dan bisnis Anda akan
segera gulung tikar. Meskipun kritik sangat membantu dalam mengidentifikasi
rintangan yang menghadang, ramalan negatifnya tidak lebih dari sekadar opini
(dan sering kali tak beralasan). Para pemimpin
bisnis sukses berusaha mencari
tahu apakah langit akan runtuh atau langit adalah sebuah batasan. Pada
akhirnya, dengan menekankan pada nilai, tujuan, dan timbal balik yang dapat
membuat mereka merasa lebih baik, perusahaan-perusahaan terkemuka mampu
melampaui harapan para pelanggan, pegawai, dan komunitas yang mereka layani.
Ketika Para Pelanggan Menolak
Ketika Anda dihadapkan pada pelanggan
yang mencibir produk atau layanan perusahaan Anda, ada dua pilihan yang
berharga: baik itu bereksperimen menggunakan ide baru yan mungkin dapat membuat
pelanggan pergi, atau sekalian saja mengabaikan produk tersebut. Ketika green
tea Frappucino® blended beverage, sebuah
produk terkenal di Pacific Rim, pertama kali di perkenalkan pada pasar Barat,
seperti Kanada dan Amerika Serikat, para pelanggan menolak. Seorang manajer
produksi Starbucks, menjelaskan, “Kami mencoba memperkenalkan green tea
Frappucino® blended beverage di
Richmond, Nritish Columbia, sebuah daerah pinggiran di Vancouver. Richmond
adalah pasar yang dipadati oleh orang Asia. Kami mendapat hasil positif dari
orang Asia, akan tetapi orang non Asia tidak tertarik dengan produk tersebut.”
Tantangan bagi pemimpin Starbucks
adalah menemukan solusi untuk menarik minat pelanggan baru dengan tidak
mengabaikan pasar yang sudah ada. Seperti yang dilaporkan manajer produksi
Starbucks, “produk ini merupakan contoh yang sangat bagus untuk menggambarkan
semangat orang-orang di perusahaan mereka dalam kesuksesan sebuah produk. Tim
Starbucks bahu-membahu untuk mencari cara agar sebuah produk agar dapat dengan
mudah memodifikasi teh hijau supaya sesuai selera para pelanggan Asia yang
telah terbiasa minum matcha (teh
hijau gyokuro Jepang yang sangat
berharga hasil petikan tangan) dalam upacara minum teh sejak kecil, dan juga
mereka yang belum pernah minum hijau?
Walau para pemimpin Starbucks
awalnya berpikir untuk langsung masuk pasar Barat dengan produk teh hijau,
mereka justru terlebih dulu mendengarkan para pelanggan di pasar tersebut untuk
mempelajari selera mereka lebih jauh. Karena Starbucks sebelumnya telah
melakukan langkah yang sesuai untuk menangani permasalahan pelanggan, maka
green tea Frappucino® blended creme dan green tea latte sukses di terima para
pelanggannya ketika di perkenalkan. Hanya pemimpin bisnis langka yang mampu
mendongkrak sebuah langkah munddur dan
kerugian menjadi sebuah kesuksesan di kemudian hari.
Sebagian besar hambatan lainnya
dapat diatasi dengan mendengarkan secara aktif dan berkomitmen untuk
memanfaatkan masukan demi perkembangan jangka panjang. Pemimpin yang hebat
membuang keangkuhannya dan membuka telinga serta pikiran terhadap masukan dari
orang lain, menerima kritikan sebagai sarana pengembangan yang berharga.
PRINSIP 5
LEAVE YOUR MARK
“Betapa luar biasanya
jika semua orang tidak perlu berhenti sejenak sebelum mulai memperbaiki dunia.”
-ANNE FRANK
Semua orang pasti meninggalkan
warisan di dunia ini. Perbedaannya adalah postif tidaknya warisan tersebut.
Apakah kita lebih banyak memberi daripada menerima, kita lebih banyak menerima
daripada memberi? Ini penting sekali dalam dunia bisnis, di mana tindakan
manajer mengandung dampak yang besar sekali terhadap individu dan masyarakat.
Beberapa pemimpin puas hanya dengan berhasil mencapai target profit perusahaan.
Mereka menempuh jalan pintas dalam semua hal mulai dari tunjangan karyawan
sampai dengan pengeluaran-pengeluaran untuk modal. Namun, yang lainnya percaya
bahwa bagian penting dari kesuksesan bisnis mereka terkait dengan dampak kuat
dan positif yang mereka berikan terhadap komunitas.
Kepedulian
sosial adalah bagian yang integral dalam misi para pemimpin Starbucks, dan oleh
karena itu partisipasi dalam komunitas berguna untuk mengekspor Starbucks
Experience kepada masyarakat dunia. Eksekutif Starbucks memiliki komitmne yang
monumental terhadap perlindungan perusahaan dan komunitas yang meliputi
memastikan kesejahteraan staf mereka sendiri, menjadi relawan/wati di
lingkungan sekitar, memperhatikan kualitas hidup para pemasok produk,
transparasi ekonomi melalui rantai suplai, pemberian dana bantuan yang besar
untuk organisasi-organisasi komunitas nasional, pemberian dana bantuan untuk
organisasi nirlaba setempat, menjaga keberlangsungan secara terencana untuk
generasi di masa depan, serta upaya-upaya pelestarian lingkungan. Dan itu hanya
sebagian dari pendekatan aktif Starbucks dalam bidang sosial.
Jadi
apa alasan pemimpin sebuah perusahaan mau menginvestasikan begitu banyak waktu
dan usaha pada masalah-masalah sosial? Apakah manajer Starbucks begitu banyak
memberi staf dan komunitas meraka karena berpikir bahwa itu adalah tindakan yan
benar atau karena hal itu dapat meningkatkan bisnis? Walau pada awalnya para
pemimpin memutuskan untuk menjadi warga perusahaan yang baik dengan harapan
akan meningkatkan profit, hampir semua yang mempertahankan komitmen tersebut
melakukannya karena cara itu dianggap yang terbaik―satu-satunya cara―untuk melakukan bisnis. Dari hasil
penjelajahan saya di semua level dalam perusahaan Starbucks, saya berkesimpulan
bahwa perusahaan ini merupakan contoh nyata dari perusahaan yang memegang teguh
komitmen tersebut.
Pemimpin Starbucks memasukkan
komitmen sosial perusahaan dalam pernyataan misinya, yang menyatakan bahwa
Starbucks akan “Dan tidak sekadar melontarkan pernyataan itu, manajer-manajer
Starbucks juga bekerja dengan ulet untuk memastikan bahwa misi dan nilai yang
mereka pegang teguh menjadi landasan di setiap keputusan bisnis yang mereka
ambil sehari-hari. Bahkan, pemimpin Starbucks telah membuat sebuah pernyataan
misi terpisah yang memasukkan komitmen khusus perusahaan terhadap
masalah-masalah lingkungan. Pernyataaan itu berbunyi,
Starbucks berkomitmen
terhadap peran kepemimpinan berwawasan lingkungan di semua aspek bisnis kami.
Kami memenuhi misi ini dengan komitmen terhadap
ü
Memahami masalah lingkungan dan
berbagi informasi dengan mitra kami
ü
Menciptakan solusi inovatif dan
fleksibel untuk membawa perubahan
ü
Berusaha keras membeli, menjual, dan
menggunakan produk yang ramah lingkungan
ü
Menyadari bahwa tanggung jawab fiskal
penting artinya bagi masa depan lingkungan kita
ü
Menanamkan tanggung jawab terhadap
lingkungan sebagai sebuah nilai perusahaan
ü
Mengukur dan memonitor perkembangan
setiap proyek
ü
Memotivasi semua mitra untuk bekerja
sama dalam mendukung misi kami
Sayangnya, para
pemimpin di perusahaan dengan segala ukuran, mulai dari toko-toko rumahan
sampai konglomerat multinasional, sering kali gagal menyadari apa yang bisa
mereka lakukan untuk memberikan kontribusi pada komunitas mereka dan pada
masyarakat secara keseluruhan. Pemimpin Starbucks mencerminkan teladan yang
sangat kuat dalam meraih kesuksesan bisnis sembari menjadi kekuatan yang dapat
memperbaiki hidup individu serta komunitas.
Topik Corporate Social Responsibility (CSR) telah menggema di
dunia bisnis selama lebih dari satu dekade. Tentu saja, selama periode ini,
kita telah melihat banyak eksekutif perusahaan yang telah diciduk dengan tangan
terborgol untuk menjawab serangkaian tuduhan yang memusingkan, termasuk
transaksi ilegal, penipuan, dan penggelapan. Demi menenangkan kekhawatiran
konsumen, para pemimpin sangat dianjurkan untuk mengalihkan pandangan mereka
dari untung rugi perusahaan dan lebih memperhatikan komunitas mereka. Saat
ini, perusahaan-perusahaan yang maju
pesat dipimpin oleh manajer-manajer yang paham akan kepentingannya berinvestasi
pada karyawan mereka (lebih dari sekedar gaji kompetitif) dan pada lingkungan
sekitar (baik secara proaktif maupun responsif).
Beberapa penelitian menemukan bahwa,
Beberapa penelitian menemukan bahwa,
·
Masyarakat
cenderung berbisnis dengan dan bekerja untuk perusahaan yang memiliki
kepedulian sosial.
·
Pelamar
kerja yang paling berbakat dan berkualitas semakin mempertimbangkan etika serta
mendukung perusahaan terhadap masyaarakat ketika memilih kerja.
·
Keyakinan
pegawai tiga kali lipat lebih tinggi pada perusahaan secara aktif terlibat
dalam masyarakat dibanding dengan tidak.
·
Ketika
lingkungan kerja pegawai selaras dengan nilai-nilai pribadinya, mereka menjadi
lebih produktif.
·
Perusahaan
yang berfokus pada pengaruh lingkungan biasanya dihargai 5% lebih tinggi
dibandingkan dengan yang tidak.
·
Partisipasi
pegawai dalam aktivitas berbasisi komunitas dapat memperkuat kerja sama tim,
keahlian kepemimpinan, dan identitas perusahaan mereka.
Kebanyakan pemimpin
suka sekali melihat keuntungan-keuntungan diatas masuka dalam laporan tahunan
mereka. Namun, hasil dari tanggung jawab sosial sangat sulit diukur dan
dijabarkan. Selama bertahun-tahun, eksekutif perusahaan bahkan telah berjuang
mengidentifikasikan makna dari memiliki tanggung jawab sosial. Kadang kala,
definisinya terlalu sempit sehingga turun menjadi sekedar usaha pengumpulan
dana untuk masyarakat. Di waktu lain, definisinya terlalu luas sehingga
terdengar seperti seorang peserta kontes kecantikan yang ketika ditanya
mengenai tujuan utama hidupnya, menjawab “pedamaian dunia”.
Para pemimpin bisnis yang berkomitmen
terhadap masalah sosial, seperti starbuck, bergantung pada kepercayaan yang
mereka dapat ketika perusahaan berhasil memenuhi kewajibannya.
Melalui
komitmen terhadap tanggung jawab sosial, pemimpin Starbucks telah membuka
kesempatan bagi para mitra sehingga mereka bisa memberikan dampak yang lebih
nyata ke dunia luas. Dengan membimbing anggota staf mereka untuk berpikir dan
bertindak dalam cara-cara yang bermanfaat bagi mayarakat dan masalah-masalah
soasial yang penting, para pemimpin inni membantu pegawai untuk menyadari
kekuatan mereka dalm menciptakan perubahan. Kesadaran semacam itu memotivasi
kita semua untuk menjadi apa yang dikatakan Mahatma Gandhi, yaitu, “Perubahan
yang ingin kita lihat di dunia.”
Tapi ingat guys , standart mutu pelayanan di tiap tempat kadang berbeda,.,. !!!
Aji Riwayanto & Wahyu Aji
Aji Riwayanto & Wahyu Aji
1 Komentar
gabisa di copy :( butuh banget materinya
BalasHapus