1. Sistem Standar Emas (1876-1913)
Sistem standar emas internasional muncul mulai tahun 1870 di
Inggris. Pemerintah Inggris menetapkan nilai pounsterling dengan emas.
Perkembangan industri yang terjadi di Inggris serta perdagangan dunia yang
makin berkembang pada abad 19 menambah kepercayaan dunia terhadap emas.
Kepercayaan ini diperkuat dengan ditemukannya tambang emas di Amerika dan
Afrika Utara. Dengan kejadian-kejadian tersebut sistem standar emas merupakan
suatu sistem yang dipakai oleh banyak negara semenjak 1970 hingga perang dunia
pertama.
Perdagangan yang semakin meningkat membuat kebutuhan sistem
pertukaran yang lebih formal menjadi semakin terasa. Standar emas pada dasarnya
menetapkan nilai tukar mata uang negara berdasarkan emas. Pemerintah atau
Negara yang bersangkutan harus menjaga persediaan emas yang cukup untuk
menjamin jual-beli emas. Jika pemerintah negara lain juga menetapkan nilai mata
uangnya berdasarkan, maka kurs antar dua mata uang bisa ditentukan. Nilai emas
terhadap barang lain tidak banyak berubah dalam jangka panjang, stabilitas
nilai uang dan kurs mata uang tidak banyak berfluktuasi dalam jangka panjang.
Standar emas berbeda dengan mata uang fiat (fiat money).
Dalam mata uang fiat, nilai mata uang ditentukan berdasarkan kepercayaan terhadap
kemauan pemerintah menjaga integritas menjag mata uang tersebut. Seringkali
kepercayaan tersebut disalahgunakan. Pemerintah kadang tergoda menerbitan uang
baru, karena biaya produksi penerbitan tersebut adalah 0 rupiah. Dengan
menggunakan standar emas, nilai mata uang didasarkan pada emas. Pemerintah
tidak bisa seenaknya menambah jumlah uang yang beredar , karena suplai uang
dibatasi oleh suplai emas.
Dengan proses tersebut kurs mata uang bisa terjaga selama
negara-negara di dunia memakai emas sebagai standar mata uangnya. Inflasi yang
berkepanjangan tidak akan terjadi di dalam situasi semacam itu.
Dengan adanya Perang Dunia I (1919-1923) serta depresi dunia
(1931-1934) negara-negara di Eropa dilanda inflasi serta ketidaksetabilan
politik. Sistem moneter Internasional menjadi kacau. Kekacauan ini menimbulkan
kurang kepercayaan dunia terhadap pounsterling yang masih dikaikan dengan emas.
Ponsterling makin lama makin lemah posisinya. Kelemahan ini ditambah keharusan
Inggris untuk memberi bantuan kepada Jerman. Pada tahun 1931 Inggris
menanggalkan standar emas dan pounsterlling jatuh nilainya, diikuti oleh dolar
Amerika.
2. Periode Perang Dunia (1914-1994)
Perang dunia I mengakhiri standar emas klasik. Periode
antara kedua perang dunia secara umum ditandai oleh kekacauan perdagangan dan
keuangan internasional. Terjadinya fluktuasi kurs sejak akhir perang sampai
tahun 1925 (kecuali di Amerika Serikat, yang kembali ke standar emas dalam
tahun 1919). Mulai tahun 1925, suatu usaha dilakukan untuk menetapkan kembali
standar emas, akan tetapi runtuh tahun 1991 pada waktu Depresi Besar. Kemudian
disusul dengan periode persaingan Devaluasi, ketika negara-negara mencoba
untuk mengekspor pengangguran mereka (kebijakan mengemis tetangga
mereka). Tarif, kuota dan pengawasan nilai tukar juga meluas, dengan akibat
volume perdagangan dunia berkurang hampir setengahnya. Kecenderungan
devlasioner dapat diatasi sepenuhnya suaktu negara-negara dipersenjatai kembali
untuk perang dunia II.
3.
Periode Kurs Tetap
Periode ini dimulai dengan
perjanjian Bretton Woods. Melalui
perjanjian ini, semua negara menetapkan nilai tukar mata uangnya melaui
emas, tetapi tidak diharuskan memenuhi konverbilitas mata uang mereka dalam
emas. Negara anggota diminta menjaga kursnya dalam batas 1% (naik atau turun)
dan bersedia menjaga kurs tersebut. IMF membantu negara anggotanya dalam rangka
menjaga kurs mata uangnya.
Tekanan spekulasi menyebabkan sistem kurs tetap tidak layak
lagi dipertahankan. Pasar keuangan dunia sempat tutup selama beberpa minggu
dalam bulan Maret 1973. Ketika pasar tersebut dibuka, kurs mata uang dibiarkan
mengambang sampai ke kurs yang ditentukan oleh kekuatan pasar.
4. Post
Bretton Woods
Pada tanggal 22 Juli 1944 diadakan suatu konferensi moneter
Internasional, yang dikenal dengan The Bretton Woods Conference, yang dihadiri
oleh 44 negara. Konferensi tersebut bertujuan untuk menyusun rencana pembuatan
sistem moneter. Dua tahun setelah konferensi tersebut, didirikan IMF dan Bank
Dunia untuk mengawasi sistem tersebut. .
Selama periode 1944-1973 dolar merupakan mata uang yang
sangat penting dalam lalu lintas pembayaran Internasional. Peranan dolar ini
timbul setelah perang dunia II, dusebabkan saat itu terjadi kekurangan dolar.
Negara-negara Eropa yang sangat memerlukan uang /dana untuk memulihkan keadaan
ekonominya. Satu-satunya sumber adalah Amerika Serikat, sehingga dolar banyak
diminta. Konsekuensinya, emas menjadi tergeser oleh dolar. Sebab, disamping
memiliki tenaga beli yang kuat di Amerika, reserves dalam bentuk dolar akan
membelikan penghasilan bunga. Dengan semakin pentingnya fungsi dolar, maka
setiap anggota menetapkan perbandingan mata uangnya terhadap dolar, yang
kemudian apabila perlu dapat ditukarkan dengan emas.
DMI beranggotakan 134 negara, diantaranya 10 negara maju
mempunyai posisi yang sangat kuat di dalam mengambil keputusan. Setiap anggota
memperoleh jatah/quota, yang harus dibayar 25% dengan emas dan sisanya 75%
dengan mata uangnya. Besarnya quota menentukan hak suaranya serta jumlah
pinjaman yang dapat diperoleh dari DMI. Dana pertama DMI dengan sendirinya 25%
terdiri dari emas dan 75% berbagai mata uang negara anggota. Pinjaman diberikan
kepada dalam mata uang negara lain yang harus di tukar dengan mata uang
negara peminjam.
5. Sistem semenjak 1973
Semenjak 1973 sistem moneter internasional merupakan
campuran antara kurs tetap dengan kurs berubah-ubah. Mata uang Yen, dolar
Kanada, franc Perancis, dan Swiss berfluktuas tergantung dari permintaan dan
pernawaran. Sering juga penguasa moneter negara-negara tersebut melakukan
campur tangan di pasar valuta asing untuk mengurangi fluktuasi kurs yang
berlebihan. Caranya apabila negara mengalami defisit dalam neraca pembayaran,
kurs valuta asing cenderung naik. Untuk mencegah hal ini bank Central menjual
valuta asing. Demikian juga apabila surplus di dalam neraca pembayaran, bank
sentral membeli valuta asing di pasar untuk mengurangi penurunan kurs. Sisitem
kurs demikian di sebut “managed atau dirty” float, sebagai lawan dari “clean”
floatt di mana bank Sentral sama sekali tidak campur tangan di dalam
pasar valuta asing.
Lima negara Eropa (Jerman Barat, Belgia, Luxembrug, Swedia, Netherlan dan Norwegia) mengadakan pengaturan secara tersendiri. Krus tetap berlaku di antara mereka, tetapi berubah-ubah secara bersama-sama terhadap mata uang negara lain. Sisten krus semacam ini (mengambang bersama-sama) menghasilakan fluktuasi yang menyerupai ular, yang kemudian disebut “Snake like”.
Lima negara Eropa (Jerman Barat, Belgia, Luxembrug, Swedia, Netherlan dan Norwegia) mengadakan pengaturan secara tersendiri. Krus tetap berlaku di antara mereka, tetapi berubah-ubah secara bersama-sama terhadap mata uang negara lain. Sisten krus semacam ini (mengambang bersama-sama) menghasilakan fluktuasi yang menyerupai ular, yang kemudian disebut “Snake like”.
Negara-negara Eropa dan Jepang telah melepaskan ikatan mata
uangnya dengan dolar Amerika Serikat. Dengan demikian, telah merupakan
mata uang yang mengambang. Namun demikian Dolar masih memegang peranan penting
dalam lalu lintas pembayaran internasiolal. Pembayaran luar negeri, kebijakan
campur tangan dalam valuta asing oleh Bank Sentral, serta catatan-catatan
statistik Dana Moneter Internasional dan Perserikatan Bangsa-Bangsa masih
menggunakan dasar mata uang Dolar.
Baca juga Artikel selanjutnya.
2 Komentar
Bapak pengelola website yth.
BalasHapusApakah hal web bapak, TIDAK BOLEH DICOPY ?
Mohon bagaimana caranya mengcopy, supaya penduduk RI semakin maju. tidak PINTER SENDIRI. terima kasih
Gambling Addiction Helps Families, Get Help, Help, and Engage
BalasHapusThe prevalence 전라남도 출장샵 of gambling in children is growing, and families need 보령 출장마사지 help to make informed choices about 광명 출장샵 their needs. 충청남도 출장마사지 Gambling addiction 양산 출장마사지 can help reduce